PADANG PARIAMAN, REPINVESCOM
Napak tilas perjalanan karier maupun usaha seseorang dalam mengarungi samudera kehidupan, memang tak selalu mulus. Penuh kegagalan. Bakal tetapi, tak jarang pula di antaranya memiliki garis tangan yang bagus, memulai karier dari nol dengan tragisnya, hingga kelak menemui kesuksesan.
Namun miris, kebanyakan mereka yang mencapai puncak kesuksesan itu laksana kacang lupa kulitnya, alias lupa daratan. Tak ingat siapa dia ketika dalam keadaan nol, tidak mengenal lagi kawan sejawat atau orang yang membesarkannya.
Ya, itulah dia ciri khas sifat diri Malin Kundang. Cerita rakyat Minangkabau yang melegenda itu seakan tak pernah mati, selagi dunia ini masih berpenghuni. Seperti celoteh Jhony Manday menceritakan masa lalunya sewaktu dia berada di puncak kesuksesan, pernah membantu seseorang yang bukan siapa-siapa, tapi sekarang menjadi orang nomor satu di sebuah kabupaten.
Miris, orang yang ditolongnya itu saat ini bersikap apatis terhadap mereka. Siapa lagi yang ditunjuknya itu jikalau bukan Ali Mukhni. Bupati Padang Pariaman yang berhasil menjadi “raja kecil” 2 periode. Jhony Manday bicara tentang sosok Ali Mukhni.
Memang tadinya sebelum menjadi bupati. Ali Mukhni merupakan wakil bupati menemani bupati saat itu Muslim Kasim. “Sewaktu menjabat wakil bupati, Ali Mukhni masih sering mengeluhkan nasibnya,” sebut Jhon Manday yang saat ini aktif bergerak di LSM Laskar Harimau Sumatera sebagai ketua di Sumbar.
Baca juga: Napak Tilas Kisah Bupati Ali Mukhni, Jhony Manday : “Malin Kundang” (Bag. 2)
Jhony Manday, mantan pembesar di Kabupaten Padang Pariaman ini pun melanjutkan. Dulunya, Ali Mukhni atau yang akrab dikenal dengan nama kecil Kuni adalah seorang guru olahraga di SMAN 1 Kampung Dalam. Dalam kesehariannya dulu, Ali Mukhni disebutkan oleh Jhon lebih giat dengan profesi kontraktor yang digelutinya ketimbang mengajar. “Dulu dia sering tidak masuk, dia lebih giat dengan pekerjaan yang digelutinya sebagai kontraktor,” ujarnya lagi.
“Kami memperjuangkan dia mendampingi Muslim Kasim ketika itu untuk jadi wakil bupati. Padahal ada ratusan tokoh yang menginginkan sebagai wakil Muslim Kasim untuk periode kedua. Saat itu saya bersama Mak Itam Damhuri sebagai pimpinan partai PDIP yang memiliki kekuatan terbanyak berkoalisi dengan partai-partai buram mengusung calon bupati dan wakil.” Bebernya mengulas.
Bahkan tragisnya, dirinya sempat di non-aktifkan sebagai ketua partai akibat keputusannya membangkang dari keinginan partai akibat mengusung calon yang tidak sesuai dengan keinginan partai.
“Begitulah cara kami memperjuangkannya untuk jadi wakil bupati. Kalau tidak ada kami yang memperjuangkannya menjadi wakil bupati saat itu, dia bukanlah siapa-siapa sekarang ini,” ulasnya berang menilai kebijakan Ali Mukhni saat ini banyak menuai kontroversi, apalagi menurutnya Ali Mukhni sekarang tak kenal dengan dirinya. (Bersambung..)
Discussion about this post