Padang Pariaman — Miris sungguh dan sangat memprihatinkan. Nasib salah seorang nenek bernama Ra Ena (80) warga Korong Kampung Tanjung, Nagari Gunuang Padang Alai, Kec V Koto Timur, Kab Padang Pariaman.
Kondisi tersebut terlihat saat ketika tim media dan ASPILA (Aksi Solidaritas Piaman Laweh) yang diketuai oleh Azwar Anas bersama kawan-kawan terjun bergerak mengunjungi lokasi kediaman nenek Ra Ena beberapa hari yang lalu.
Nenek yang sudah tua lanjut usia ini tinggal cuma seorang diri di gubuk dengan atap dan dinding yang sudah bocor. Kalau hujan datang air akan masuk kedalam gubuk tersebut.
Lebih ironisnya lagi, sang nenek hanya tidur dilantai beralaskan tikar usang dan makan dari belas kasihan warga sekitar.
Jika lapar nenek hanya bisa memukul mukul piringnya ke lantai. Itu pun kalau ada yang mendengarnya.
Tak jarang nenek sering mengalami kelaparan, karena tak ada yang mengantar makanan.
Disebutkan oleh warga sekitar bahwa nenek Ra Ena memiliki seorang anak yang masih tinggal di daerah Padang Pariaman.
“Ya, begitulah setiap harinya,
sudah lama begitu. Kalau tidur ya di situ saja. Cuma beralaskan tikar dan kedinginan,” ucapnya.
Ketua Pemuda Kampung Tanjung, Dedi Firdaus mengatakan dia sudah sering bilang kepada anak nenek itu, kenapa ibunya dibiarkan begitu saja, cuma hanya tinggal seorang diri tanpa ada yang menemani.
“Si nenek tidak bisa lagi berjalan semenjak lima tahun terakhir, dan hanya bisa duduk di pintu belakang rumah sambil memandang keluar berharap ada orang yang menghampiri memberikan makanan serta membersihkan badannya yang sudah bergelimang kotoran dan luka lecet,” ujar Dedi.
Di masa pandemi Covid-19 ini, nenek Ra Ena ini bisa mendapatkan bantuan pemerintah berupa dana BLT (Bantuan Langsung Tunai) Rp 600 ribu perbulan, selama tiga bulan.
Namun apa artinya dana tersebut, jika nenek tidak bisa berbuat banyak akibat keterbatasan yang dimilikinya dan tidak bisa berjalan.
(ER/AS)
Discussion about this post