Oleh Syafri Piliang
Wartawan Muda
Pulau Punjung – Di antara deru mesin alat berat dan semangat gotong royong yang tak lekang oleh panas terik dan tak lekang pula oleh hujan, satu persatu butir harapan disusun menjadi jalan. Jalan yang tak sekadar membelah kebun, tapi juga menyambung asa para petani di Nagari Sungai Kambut, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumbar.
Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125 Kodim 0310/SS kembali menebar manfaat untuk rakyat. Di hari ke sekiannya yang digelar Selasa (5/8/2025). Prajurit TNI bersama warga setempat bergulat dengan tanah dan waktu, mengejar target pengerasan jalan kebun masyarakat.
Tak seperti membangun jalan di kota, di sini, di ladang nan sunyi, setiap timbunan pasir batu adalah langkah panjang menuju kemandirian petani. Jalan dengan lebar lima meter itu kini mulai diratakan, tidak lagi menjadi jebakan ditengah lumpur yang menyita tenaga dan waktu.
Sementara itu Dansatgas Koordinator Umum TMMD 125, menuturkan bahwa percepatan pembangunan ini bukan hanya proyek fisik, tapi bagian dari visi kebangsaan untuk menyentuh wilayah pinggiran dan memperkuat akar bangsa.
“Kita kebut pekerjaan ini agar masyarakat segera menikmati infrastruktur jalan yang lebih layak, menuju ke kebun petani. Harapannya, jalan ini bisa tetap digunakan bukan hanya di musim kemarau saja, tapi juga saat hujan turun mengguyur dan membasahi tanah negeri ini,” tuturnya.
Di tengah suara truk yang berhilir-mudik membawa sirtu, ada suara yang lebih lirih namun dalam yaitu suara syukur warga yang kini menatap masa depan sedikit lebih terang dari pada sebelumnya yang hampa, kosong tak bermakna,” ujarnya.
“Dulu kalau ke kebun harus bawa sepatu cadangan. Licin, berlumpur, motor pun bisa tumbang. Tapi sekarang sudah mulai bagus, kami sangat berterima kasih kepada bapak-bapak TNI,” kata Ruslan seorang petani setempat sembari dengan mata berkaca-kaca.
Lebih Dari Jalan, Ini Soal Keadilan Terhadap Rakyat Jelata
Program TMMD seringkali hadir di tempat yang luput dari sorotan pembangunan. Ia datang bukan sekadar membangun jembatan atau jalan, tapi menjahit luka ketimpangan yang selama ini dibiarkan menganga di desa-desa.
Di Sungai Kambut, jalan itu bukan cuma sarana, melainkan simbol. Simbol bahwa negara masih punya tangan yang menjangkau hingga ke ujung-ujung nagari. Namun di balik semua itu, tetap ada catatan kritis: mengapa jalan kebun yang vital bagi ekonomi rakyat kecil justru harus menunggu program TMMD untuk dibangun?
Pertanyaan itu menggantung di udara, sama halnya dengan harapan warga yang kini menggantungkan masa depan mereka pada jalan baru, supaya hasil tani tak lagi mandek di lumpur yang sulit dikendalikan dan akses pendidikan serta kesehatan bisa lebih cepat dijangkau.
TMMD ke-125 bukan akhir dari segalanya. Namun Ia hanyalah sebagai pengingat saja. Artinya bahwa negara sejatinya harus hadir ketika rakyat membutuhkan, tak hanya saat seremoni digelar, tapi juga di setiap denyut nadi kehidupan petani, buruh, dan rakyat kecil yang sedang menunggu rasa keadilan.****
Discussion about this post