Oleh : Prima Murya
Beberapa waktu mendatang masyarakat Oku Selatan akan disibukan dengan hingar bingar pemilihan kepala daerah. Ajang pesta demokrasi 5 tahunan.
Berbekal pengalaman dan situasi saat ini masyarakat Oku Selatan diajak merenung dan berfikir sejenak, mau dibawa kemana nantinya arah kabupaten ini.
Apakah pembangunan yang berkelanjutan, atau memulai ulang dari awal? Bisa jadi ke arah pembangunan atau justru sebaliknya stagnan dan kemunduran. Sebab akan ada pergantian sosok pemegang kemudi yakni pemilihan kepala daerah.
Karena memang sejatinya pemimpin itu terlahir dari masyarakat. Sosok yang hadir di tengah masyarakat adalah hasil pilihan dan kehendak rakyat.
Abraham Lincoln berpendapat kalau demokrasi merupakan sistem pemerintahan, yang dirancang dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, diperlukan kecermatan dan kematangan dalam menentukan pilihan agar tidak menyesal di kemudian hari.
Nah, pemenang hasil pilihan masyarakat akan menjadi pemimpin dalam 5 tahun berjalan, atau bisa jadi untuk 10 tahun berjalan. Karena mereka diberikan kesempatan menjabat 2 periode sesuai aturan undang undang yang berlaku.
Tentu dengan Pilkada lah, pemilih yang akan menilai bagaimana jika sosok sosok yang akan berlaga itu bisa atau tidaknya membawa perubahan ke arah pembangunan.
Menurut penulis, untuk calon yang hendak dipilih tak bisa dipungkiri adalah mereka yang paham tentang adat istiadat dan tumbuh bersama masyarakat itu sendiri, merupakan bahagian penting untuk menentukan pilihan pemimpin yang tepat pemimpin yang memahami seluk beluk kebutuhan masyarakatnya tradisi budaya lokal.
Pernahkah kita berfikir akan adanya mereka yang terlahir dari sosok yang bertolak belakang dengan apa yang penulis gambarkan?
Tergerusnya kepercayaan dan pemahaman akan pilihan masyarakat akibat money politik tidak bisa dipandang sebelah mata, gamblang dan mungkin akan terjadi. Berimplikasi terjadinya distorsi dan kemunduran dalam berdemokrasi ke arah pembangunan.
Salah satu dampak negatif yang paling mencolok dari proses demokrasi adalah proses haram money politik, munculnya sosok pemimpin yang kurang mumpuni akan memanifestasikan pergerakan kotornya dengan politik uang.
Terpampang jelas kehancuran demokrasi yang jauh dari kata membangun. Track record sang calon terkesampingkan akibat magnet politik uang atau money politik tersebut. Ketika uang memainkan peran dominan dalam politik, suara rakyat yang mengharapkan pembangunan tergerus dan terpinggirkan.
Sosok calon yang mengandalkan finansial memainkan peranan lacur dalam mempengaruhi pemilih melalui kampanye politik murahan, sementara calon yang berkualitas terpinggirkan.
Tidak sedikit biaya yang timbul untuk ajang pengenalan sosok, baik itu mobilisasi masa pemenangan ataupun cawe cawe politik dan lobi lobi tertentu untuk pemenangan, hingga pengerahan finansial yang tak sedikit untuk merebut suara yang dikenal luas dengan istilah serangan fajar.
Namun pada prinsipnya diperlukan edukasi yang matang masyarakat bahwa sesuatu yang telah dibayar pasti akan ditebus dengan harga yang mahal untuk 5 tahun ke depan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa politik uang memaksa kita untuk kembali muhasabah diri, berapa besar harga yang harus kita bayar jika salah dalam memilih pemimpin. Maka jauhlah panggang dengan api.
Memilih pemimpin dengan cara yang salah, jual beli suara memunculkan problematika dan kecemburuan terhadap kebijakan kebijakan pembangunan yang tidak pro rakyat.
Ada kalanya kita bercermin dari sosok pengendali kemudi (sopir). Seorang sopir kendaraan dengan etos kerja tinggi dan skill yang mumpuni akan memainkan peranan pengalamannya mengoperasikan kendaraan dengan skill, baik pengetahuan tentang mesin dan medan yang akan ditempuh.
Pastinya tingkat kewaspadaan penumpang tidak lagi menjadi suatu yang patut dicemaskan. Membiarkan laju kendaraan berjalan dengan nyaman tanpa khawatir. Ibarat sopir yang terlatih, berpengalaman dan hapal medan, setidaknya sosok ini nanti akan membawa perubahan kearah yang lebih baik.
Sopir yang berpengalaman dan handal, jikalau ada kerusakan dan kebutuhan dalam pemerintahan beliau lebih mumpuni dalam mengatasi problematika yang mungkin akan terjadi.
Jadi kesimpulannya ke mana laju pembangunan ini dibawa, kepada siapa kita menitipkan daerah ini, dan berhati-hatilah dengan pembodohan politik uang.
Bangunlah dari mimpimu, cukupkan mimpimu dari kesalahan masa lalu. Mari berbenah, percayakan kepada mereka yang mempunyai track record dan etos kerja tinggi. Jangan terlena dengan iklan shampo dan cerita yang memabukkan calon yang dipoles kaki tangan para timses.
Salam demokrasi cerdas.
Discussion about this post