Oleh: Syafri Piliang
Wartawan Muda
Dharmasraya – Pagi itu matahari belum terlihat tinggi, ketika rombongan konsultan dan pelaksana proyek tiba di salah satu titik jalan lintas sumatera persis di Nagari Gunung Medan , Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumbar.
Di lokasi suara mesin alat berat terdengar konstan, sesekali diiringi aba-aba para pekerja menyetop kedaraan yang berlalu – lalang agar tidak terjadi kemacetan. Debu tipis terangkat dari permukaan jalan yang selama ini menjadi keluhan masyarakat yakni berlubang dan bergelombang, bahkan membahayakan bagi penguna jalan bila malam hari terlebih lagi saat hujan tiba.
Di antara helm proyek dan rompi keselamatan yang berwarna terang, berdirilah Heru Setiarawan, pria bertubuh tegap yang kini memikul tanggung jawab besar sebagai leader konsultan supervisi. Dengan map tebal di tangan, ia menuturkan sesuatu yang menjadi kabar baik untuk semua pengguna jalan.
“Pengerjaan jalan lintas Sumatera sudah dimulai. Ini proyek panjang, tapi kita bergerak,” ujarnya dengan nada yakin.
Pernyataan itu seperti menyalakan seberkas harapan. Jalan yang menghubungkan Sungai Dareh hingga Koto Baru sepanjang 30 kilometer ini bukan sekadar jalur aspal. Ia adalah nadi mobilitas barang dan manusia. Dari kendaraan logistik yang membawa komoditas pertanian hingga bus antarprovinsi yang melintas setiap hari.
Proyek ini didorong oleh anggaran APBN 2025 sebesar Rp 168,523 miliar. Anggaran besar tersebut bukan hanya soal pembangunan fisik, namun investasi jangka panjang bagi Sumatera bagian tengah.
Pemerintah pusat menetapkan proyek ini sebagai kegiatan multiyears, dimulai Desember 2025 hingga 2027, atau setidaknya 725 hari kalender. Target waktu yang tidak singkat, namun sesuai dengan standar pembangunan jalan nasional dengan tingkat kerusakan yang cukup kompleks.
Heru menjelaskan bahwa proses pengerjaan tidak akan sekaligus menyulap jalan menjadi mulus. Ada tahapan teknis yang harus ditaati.
“Tahap awal fokus kita adalah penutupan lubang di beberapa titik. Ini penanganan sementara sebelum masuk rekonstruksi utama,” terangnya.
Penambalan awal bukan sekadar tambal sulam. Tahap ini penting untuk memastikan arus transportasi tetap berjalan, mengurangi angka kecelakaan, dan menstabilkan permukaan jalan sebagai pondasi tahap rekonstruksi berikutnya.
Konsorsium Perusahaan Bertanggung Jawab Mega proyek ini melibatkan tiga perusahaan inti, PT. Paesa Pasindo Engineering, PT. Basuki Rahmanta Putra (KSO). Konsultan supervisi, PT. Indec Internusa Engineering Consultants – PT. Seecons
PT. Akade Gahana Konsultan (KSO)
Keterlibatan konsorsium dengan pembagian peran semacam ini menjadi simbol bahwa pekerjaan besar tidak bisa dijalankan oleh satu entitas tunggal. Butuh kolaborasi, evaluasi, dan pengawasan berlapis demi menjaga kualitas.
Jika proyek ini rampung nantinya dan tak ada hambatan gambaran idealnya cukup jelas jalan mulus, marka rapi, lalu lintas lancar, dan waktu tempuh jauh akan lebih berkurang dari pada biasanya.
Transportasi barang dari sektor perkebunan seperti sawit, karet, hingga hasil hutan dan tambang akan lebih efisien. Masyarakat pun tidak lagi harus bergesit menghindari lubang ketika hujan turun atau mendesah kesal saat laju kendaraan mendadak melambat karena permukaan bergelombang.
Namun, proyek sepanjang 30 kilometer ini membawa harapan baru , tidak hanya soal ekonomi. Tapi tentang akses pendidikan yang lebih mudah, rasa aman ketika bepergian malam, hingga pertolongan cepat saat keadaan darurat medis. Infrastruktur jalan selalu membawa efek domino sosial yang tidak bisa diremehkan.
Di lapangan, tak ada proyek besar yang selesai dalam sehari. Masyarakat mungkin harus bersabar menghadapi kemacetan lokal, alih jalur sementara, atau lalu lintas terbatas di titik pengerjaan. Tetapi kesabaran itu pada akhirnya bermuara pada satu tujuan untuk jalan yang lebih baik dimasa mendatang.
Sebagian warga yang ditemui menyambut baik pengerjaan tersebut. Sopir lintas yang kami temui sempat tersenyum sambil mengelap keringat.
“Udah lama nunggu jalan ini diperbaiki. Kalau dah jadi, perjalanan lebih nyaman,” ujarnya.
Optimisme serupa tampak pada pedagang kecil di pinggir jalan. Ia berharap geliat ekonomi ikut terdongkrak saat volume kendaraan meningkat lebih lancar.
Dengan jadwal kerja hingga 2027, proyek ini akan menjadi pemandangan sehari-hari di lintasan Sungai Dareh–Koto Baru. Alat berat, pekerja konstruksi, serta papan proyek akan menghiasi jalur utama Sumatera Barat menuju Jambi tersebut.
Jika semua berjalan sesuai rencana, dua tahun mendatang daerah ini akan memiliki wajah lintas nasional yang lebih modern dan aman.
Di penghujung wawancara, Heru kembali menegaskan komitmen para pihak yang terlibat.
“Target kita mutu dan kwalitas pekerjaan dan bukan hanya membangun jalan, tapi memberi kualitas terbaik bagi masyarakat daerah ini,” katanya.
Kalimat itu menutup perbincangan dengan rasa optimistis. Pembangunan jalan bukan hanya sekadar bentangan aspal, tapi ia adalah janji masa depan. Dan Sungai Dareh hingga Koto Baru sedang menapakinya satu hari kerja demi satu hari kerja.***
Discussion about this post