SAWAHLUNTO, REPORTASEINVESTIGASI.com
Digitalisasi arsip sebagai keberlanjutan dari masa lampau, menjadi bagian penting untuk menjaga warisan kolektif untuk generasi selanjutnya. Sawahlunto yang kini berusia 129 tahun, sudah memiliki arsip dan dokumentasi foto yang telah digitalisasi. Tepat dalam peringatan hari lahir Kota Sawahlunto, untuk kali pertama, PT. Bukit Asam meluncurkan digitalisasi, dalam rangka merawat ingatan mengenai Unit Pertambangan Ombilin.
Peluncuran digitalisasi arsip dalam event Diskusi Nasional Pariwisata tanggal 30 November 2017, adalah suatu hal yang perlu diapresiasi, mengingat, masih sangat sedikitnya perusahaan yang melangkahkan sampai ke proses digitalisasi terutama untuk arsip-arsip periode kolonial.
Direktur SDM dan Umum PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Joko Pramono dalam pemaparannya menegaskan, bahwa rangkaian kisah Sawahlunto tempo dulu banyak tersimpan dalam lembaran arsip dan dokumentasi foto. “Ini semua adalah asset sejarah namun jika dibiarkan terus bisa termakan usia dan rapuh. Dan untuk itulah digitalisasi dilakukan.” Paparnya.
Digitalisasi arsip PT. BA-UPO tidak hanya berupa alih media namun telah terbangun dalam sistim jaringan computer khusus, sehingga para pengunjung tidak harus melihat arsip yang berdebu, tinggal “klik” semua data yang diinginkan bisa dilihat melalui komputer.
Uniknya arsip ini harus diakses ditempat. Hal ini sengaja dilakukan untuk mendorong orang-orang datang ke Sawahlunto, sehingga secara langsung maupun tidak mendorong program pariwisata Sawahlunto.
Peluncuran digitalisasi arsip yang menjadi bagian acara diskusi nasional itu, diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Sawahlunto, PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, Pemprov Sumatera Barat, dan Universitas Negeri Padang.
Diskusi Nasional yang mengusung tema “Peranan Potensi Pariwisata dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Sawahlunto” yang diikuti ratusan peserta yang berasal dari Fakultas Pariwisata dan Perhotelan, Kerapatan Adat Nagari, unsur asosiasi travel agent, asosiasi kesenian rakyat, asosiasi kuliner, Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), dan lainnya.
Acara ini diselenggarakan di aula ESDM Sawahlunto dan mendatangkan pembicara mulai dari akademisi, pemegang kebijakan, hingga praktisi parawisata.
Para pemapar diantaranya Tazbir Abdullah, Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Bisnis Kementerian Pariwisata, Rektor Universitas Negeri Padang Prof. Ganefri, Ph.D, Ir. Nur Hidayat, M.Si dari BPPT, Ir. Agus Budi Kuntjoro, MSi asal Kemenko Perekonomian, dan hingga Asnawi Bahar Ketua umum Association of The Indonesian Travel Agency, membedah persoalan pentingnya memajukan pariwisata dan ekonomi kreatif.
Dalam acara itu, juga menampilkan Yenny Narny asal Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas dan sutradara terkenal Garin Nugroho.
Di akhir acara, Direktur Pengembangan Usaha PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Fuad I.Z Fachroeddin kembali mengingatkan, peluncuran digitalisasi arsip merupakan bagian pekerjaanPT.BA-UPO dalam upaya mendukung visi kota tambang wisata berbudaya.
“PT. BA telah melakukan banyak hal, termasuk mendukung kegiatan pariwisata di Sawahlunto.” tegas Fuad dalam closing statementnya.
Discussion about this post