PESSEL – Malamang atau yang kerap disebut memasak lemang, satu tradisi yang sudah turun temurun dilakukan oleh masyarakat Nagari Rawang Gunung Malelo Surantih, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera (Sumbar), untuk menyambut hari raya Idul Fitri.
Pagi itu, matahari terlihat begitu cerah di Langit Nagari Rawang Gunung Malelo Surantih, pertanda masyarakat memulai aktivitasnya. Namun, khusus hari ini, tepatnya satu hari menjelang Idul Fitri 1445 H/2024 Masehi, sejumlah masyarakat terlihat mulai sibuk untuk mempersiapkan salah satu tradisi malamang.
Bagi masyarakat Tabek malamang, ada salah satu tradisi yang tidak bisa terlupakan oleh masyarakat setempat. Pada dasarnya, malamang bukan hanya dilakukan pada saat Hari Raya Idul Fitri saja, tapi tradisi itu kerap ditemukan menjelang Lebaran Idul Adha.
Bagi masyarakat Nagari Rawang Gunung Malelo Malamang dilakukan secara bersama-sama baik dengan keluarga ataupun tetangga. Tak heran, sejak pagi, masing-masing warga terlihat sibuk untuk menyiapkan berbagai kebutuhan untuk malamang.
Mulai dari mencari bambu, membuat santan kelapa, pulut hingga menyiapkan api untuk malamang. Untuk membuat lemang harus memiliki keahlian yang khusus. Agar, lemang yang dimasak tidak keras atau tidak enak dimakan.
Bahan yang digunakan untuk memasak malamang yaitu perpaduan antara pulut dan santan yang dibungkus dengan daun pisang dan dimasak dalam bambu bulat. Bagi warga, menyajikan lemang dalam hidangan Idul Adha merupakan masakan tradisi yang harus disiapkan bagi tamu maupun santapan favorit dalam keluarga.
Ires (44) salah seorang warga setempat kepada media ini, Selasa, (9/4/2024) mengaku memakan lemang selepas salat Idul Fitri merupakan tradisi keluarga secara turun temurun.
“Makan lamang sudah jadi hidangan tradisi di kampung ini,” ujarnya. Dia menambahkan, hampir setiap tahun keluarga besarnya malamang, terutama pada saat lebaran Idul Fitri dan Idul Adha. (Robi)
Discussion about this post