Ganefri (Rektor UNP) /
Dewan Pakar Gebu Minang Pusat dan Daerah/Ketua PWNU Sumbar/Ketua Majelis Pendidikan Tinggi DPP ICMI
Hari Sabtu tanggal 17 September 2022 yang lalu kepengurusan Dewan Pimpinan Pusata (DPP) Gerakan Ekonomi dan Budaya (Gebu) Minang untuk periode 2022-2027 dikukuhkan. Osman Sapta Odang terpilih sebagai Ketua. Sebagai alat atau medium organisasi pemersatu orang Minang di Indonesia dan Dunia. Banyak pihak yang mengharapkan agar organisasi ikatan keluarga orang Minang yang induknya kurang mengakar, sebaiknya bersatu melalui Gebu Minang.
Banyak pesan yang disampaikan orang Minang, tidak perlu lagi terjebak dengan kehebatan tokoh-tokoh kita masa lalu, dan sudah saatnya kita refleksikan kisah-kisah para tokoh hebat Minang sebagai acuan untuk terus berkontribusi, kepada negeri kita tercinta, Indonesia. Melalui Gebu Minang, mari jadikan kisah hebat di masa lalu sebagai pijakan motivasi yang kuat dalam mengambil peran lebih besar dalam kehidupan berbangsa Indonesia, dengan spirit Minang untuk Indonesia.
Jika kita mengingat lupa ke tahun 1989 silam, ada pertanyaan yang mesti kita kemukakan kembali untuk apa Gebu Minang didirikan?. Osman Sapta Odang mengatakan “Gebu Minang adalah manifestasi rasa cinta para perantau kepada daerah Minangkabau dengan totalitas. Dimulai dengan kontribusi yang ikhlas, Gebu Minang dapat menggerakkan Indonesia!. Ada banyak kerja besar yang mesti dituntaskan. Pekerjaan untuk menyolidkan, menyatukan, dan menguatkan raso dan pareso sesama Minangkabau. Keberlanjutan menjaga rasa sesama Urang Awak”.
Gebu Minang harus mempertahankan keberlanjutan tradisi Minangkabau. Tradisi “alam takambang jadi guru”. Dimanapun kita berada, dari alam kita belajar. Tradisi ini harus terus kita jaga dan rawat agar berlanjut ke anak cucu kita. Minangkabau itu saraso, bukan sadarah. Ikatan kita lebih kuat sesama hati, lebih dari sekadar ikatan biologis. Itulah yang harus kita pastikan keberlanjutannya bersama Gebu Minang. Penting bagi kita untuk mengingat jasa besar mereka dalam membangun semangat kebersamaan, dan kebesaran organisasi ini. Kepada Pemerintah, kita titipkan tokoh-tokoh Minang berkualitas untuk terus membantu, berkontribusi membangun negeri ini.
Jika kita bertolak dari pemikiran Fukuyama (2000) dengan Modal sosial yang dimiliki, orang Minang memiliki kekuatan dalam bentuk Pertama Norm yang ditandai dengan adanya ikatan nilai-nilai budaya dan agama Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS SBK) yang dibekali dan dibentuk dalam keluarga inti dan luas (clan), Kedua Trust, sebuah nilai kepercayaan dalam ikatan organisasi orang rantau, sehingga menjadi simpul penguat integrasi sosial antara ranah dan rantau. Kepercayaan adalah akibat dari adanya sebuah kejujuran, sehingga menjadi prasyarat keberlanjutan orgnisai apapun termasuk Gebu Minang. Ketiga, Nettworking sebagai jaringan yang sekaligus modal dasar, jaringan perantau baik nasional dan internasional ataupun diaspora namanya jika dikelola dengan baik akan memberikan dampak progress bagi keberlajutan Gebu Minang.
Gebu Minang telah mampu menghilangkan sekat regional darek-pasisie, ranah-rantau, dengan gerakan pengembangan budaya dan ekonomi, bersama membangun UMKM dan semangat filantropis mencarikan jalar keluar segala permasalahan sosial atau kemiskinan di kampung halaman. Bergabungnya tokoh-tokoh perantau dalam organisasi ini, mampu memberi warna atas terbingkainya sinergisitas dalam pembangunan daerah. Di tengah mulai menipisnya rasa solidaritas sosial dalam masyarakat modern. Gebu Minang hadir untuk mewadahi ikatan persaudaraan di kampung halaman dan diperantauan untuk mencarikan solusi dan strategi untuk kemaslahatan orang Minang.
Satu hal yang esensial adalah bahwa Gebu Minang harus memberikan kontribusi untuk masyarakat Minang. Sejalan dengan perkembangan zaman yang cepat atau secara revolusi membutuhkan kesiapan generasi bangsa sebagai generasi pelanjut masa depan. Mari lah kita bersama-sama “satotoh” atau “sato sakaki” untuk memberikan dukungan atau artisipasi pada segala program yang dibuat, temasuk Gebu Minang khususnya dalam bidang ekonomi dan budaya.
Discussion about this post