Museum Istano Basa Pagaruyung yang berdiri megah, dengan nuansa khas Minangkabau, menarik banyak wisatawan untuk datang melihat, bahkan mempelajari setiap keunikannya. Penulis ter tarik mengangkat, salah satu ukiran yang terdapat pada Museum Istano Basa Pagaruyung. Yang merupakan, salah satu seni pahat yang pernah ada di Minangkabau.
Konsep ukiran di Minangkabau sendiri,
ialah alam takambang jadi guru (alam terkembang jadi guru). Dan dipadu dengan, filosofi adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah (ABS-SBK) (adat bersendi syariat, syariat bersendi kitab Allah).
Ukiran di Minangkabau, tidak hanya sebagai hiasan semata melainkan, sebagai simbol atau lambang yang mengandung makna mendalam. Salah satu contohnya yaitu ukiran “Sikambang Manih”.
Di balik bentuk yang terencana
di Minangkabau, ada yang tidak dapat dipisahkan dari ukiran ini, yaitu antara keterkaitan makna ukiran ini dengan sejarah masyarakat Minangkabau itu sendiri, pada tempo dulu.
Ukiran Sikambang Manih (kembang manis) maksudnya, bunga yang sedang mekar.
Yang terlihat sangat indah, di pandang mata.
Ukiran Sikambang manih ini melambangkan, “sopan santun, keramah tamahan, serta suka menerima tamu. Setiap tamu atau orang yang datang
ke rumah, dihadapi dengan hati yang senang, disertai dengan rasa kekeluargaan tanpa memandang status sosial seseorang”.
Dalam pepatah dikatakan: “Kambang manih muko nan janiah, janiah nan indak baukuran. Kambang manih muko nansuci, putiah kapeh dapek diliek putiah hati bakadaan”. (‘Kembang manis muka yang jernih, jernih yang tiada taranya. Kembang manis hati yang suci, putih kapas dapat dilihat, putih hati sesuai
keadaan’).
Motif kambang manih biasanya, diletakan pada dinding tepi rumah gadang atau dinding rumah bagian depan. Tepatnya, pada papan sakapiang (panin bendul), di dinding papan horizontal di bawah papan banyak.
Jadi, Keramah tamahan di Minangkabau sangatlah penting, contohnya dalam upacara adat, terutama keramah
tamahan sipangka ‘tuan rumah’ sebagai penyelenggara upacara.
Jadi, orang Minangkabau harus bisa bersikap ramah tamah dengan muka yang jernih, serta harus dipelihara. Sebagai, lambang keramah tamahan di Minangkabau. Ukiran kambang manih sering dijumpai pada dinding tepi, yang dalam ketentuannya, sebagai lambang menerima tamu.
Maka, kesimpulan dari artikel ini adalah, setiap orang Minangkabau di haruskan mampu menjaga jati dirinya dimanapun ia berada, dengan tetap bersikap ramah kepada orang lain, tanpa membedakan status sosial, agama dan rasnya.
Sumber :
-Tokoh Budayawan Pagaruyung
(Basyir Dt.Bungsu)
– Museum Terbuka Istano Basa Pagaruyung
Discussion about this post