Oleh Syafri Piliang
Wartawan Muda
Dharmasraya – Senen itu,suara greng-greng mesin alat berat memecah susana pagi yang basah di Ibu Kota Pulau Punjung.Tampak dua unit ekskavator berwarna kuning mencakar aspal yang retak di ruas jalan lintas Sumatera, tepatnya di kilometer tiga. Debu bercampur aroma tanah basah menguar ke udara pertanda bahwa sesuatu yang lama ditunggu-tunggu akhirnya bergerak secepat kilat.
Selama berbulan-bulan, warga di sekitar ruas jalan itu sudah hafal dengan irama yang sama, guncangan keras di jok motor, dentuman ban mobil yang menghantam lubang, dan sumpah serapah kecil dari para sopir yang melintasi jalan itu kehilangan keseimbangan.
Kini, pemandangan itu mulai berganti dengan tim teknis berseragam oranye yang menutup lubang-lubang menganga dengan material sirtu perkerasan baru.
“Sudah lama kami menunggu ini. Tiap hari lewat sini, badan jalan makin parah,” kata Rahmat, sopir travel rute Dharmasraya- Padang sembari mengamati pekerja menata aspal. Ia tersenyum kecil, mungkin antara lega dan nyaris tidak percaya.
Perbaikan itu datang dari Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Sumatera Barat, instansi yang menaungi jalan lintas strategis antarprovinsi ini. Langkah cepat mereka dilakukan setelah serangkaian keluhan masyarakat memenuhi lini media sosial dan laporan langsung ke pemerintah daerah.
Menurut Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Dharmasraya, Catur Eby, perhatian BPJN ini merupakan hasil dari koordinasi intens yang dilakukan Bupati Annisa Suci Ramadhani dengan pemerintah pusat.
“Bu Bupati terus mengupayakan agar ruas jalan ini segera diperbaiki, karena kondisinya sangat berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat,” ujar Catur.
Ruas yang diperbaiki memang bukan kewenangan Pemerintah daerah, karena jalan nasional ini milik negara, penghubung vital antara Sumatera Barat dan Jambi. Namun, di sinilah ironi yang terjadi. Penguna jalan dan warga yang menderita karena jalan rusak tetap menatap harapan pada pemerintah terdekatnya.
Di warung kopi kecil dekat lokasi perbaikan, beberapa pengemudi truk logistik berbincang santai. “Kalau udah ditambal begini, kami bisa sedikit agak tenang. Biasanya kalau malam dan bila hari hujan susah membedakan lubang sama bayangan,” kata Zul, sopir truk asal Sungai Rumbai, sambil menyesap kopi hitam.
Mereka tahu pekerjaan ini bukan akhir dari cerita. Jalan Lintas Sumatera selalu sibuk, selalu aus akan gesekan. Tapi pagi itu, di bawah matahari yang mulai hangat, ada rasa kecil yang tumbuh dan diperhatikan.
Catur Eby mengimbau dan meminta masyarakat untuk bersabar selama proses pekerjaan berlangsung. Ini bagian dari upaya bersama,”tukas dengan nada sedikit tegas.
Sementara itu, aspal baru menutup perlahan bekas luka jalan lama. Di atasnya, kendaraan kembali melintas terasa agak lebih mulus, tenang, setidaknya hal ini untuk sementara waktu menjelang ada drenase kanan dan kiri jalan, jika tidak begitu, tentu jalan ini menjadi dilema lagi bagi pengandara.***
Discussion about this post