Agam — Peranan masjid semakin vital dalam kehidupan masyarakat, bahkan juga bagi lingkungan. Khusus untuk masjid di pinggir jalan negara, Gubernur Sumbar, Mahyeldi menyebutkan akan menerbitkan Surat Edaran (SE) khusus masjid yang berada di pinggir jalan untuk buka selama 24 jam.
Ketika meletakan batu pertama Masjid Jami’ Koto Hilalang, Lambah, Ampekangkek, Agam, Minggu (2/6) siang, Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah menyebutkan, sesuai dengan UU No 17 tahun 2022, peranan masjid tidak hanya sebagai sarana ibadah, namun juga menyangkut kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
“Keberadaan masjid saat ini sangat strategis yang bisa memberikan dampak terhadap penguatan ekonomi masyarakat sekitarnya,” ungkap gubernur.
Bagi Sumbar sendiri, sebagai daerah yang punya filosofi “adat basandi syara’, syarak basandi kitabullah”, tambah gubernur sangat seiring dengan daerah dan masyarakat minang yang memiliki nilai-nilai agama dan adat, regulasi yang telah ada itu akan saling mendukung dengan kehidupan masyarakat di daerah ini.
Bahkan bukan hanya bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, keberadaan sebuah masjid selama ini, khususnya yang berada di pinggir jalan negara juga membantu orang yang tengah melakukan perjalanan.
Mengingat peran penting dari sisi ini, gubernur berencana akan menerbitkan Surat Edaran (SE), bagi masjid yang berada di pinggir jalan negara selama 24 jam, agar dapat membantu musyafir untuk beribadah dan istirahat.
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Kakanwil Kemenag Sumbar,diwakili Kabid Urusan Agama, Edison,sangat mendukung program masjid “ramah musyafir”, terutama yang berada di pinggir jalan negara.
Selain memberikan pembinaan kepada lebih dari 19 ribu masjid dan mushalla di Sumbar, tambah Edison, karena keterbatasan anggaran, Kanwil Kemenag hanya mampu memberikan bantuan dana stimulan untuk masjid yang sesuai dengan ketersediaan anggaran.
Tokoh masyarakat Koto Hilalang, Aristo Munandar mengakui, keberadaan masjid Jami’ Jihad ini memang sangat membantu para musafir untuk melaksanakan kewajiban shalatnya.
Sedang ketua panitia pembangunan Masjid Jihad Koto Hilalang, Joni Edwar menjelaskan, pembangunan masjid yang sudah direncanakan sejak
tahun 2013 silam, merupakan penggantian bangunan lama yang sudah sejak tahun 1962.
Namun karena semakin banyak jemaah, termasuk musafir yang shalat di masjid ini, semakin terasa dibutuhkan pembangunan masjid baru yang lebih representatif, termasuk areal parkir yang ada sangat terbatas, sehingga terpaksa sebagian memanfaatkan pinggir jalan negara.
Setelah mendapat lahan yang dihibahkan oleh masyarakat setempat, dimulailah pembangunan masjid baru berukuran 26 X 24 meter, sehingga luas keseluruhan kini mencapai luas sekitar 5.000 meter persegi, sehingga mampu menampung lebih banyak kendaraan parkit.
Adapun biayanya ditaksir sebanyak Rp.9 miliar dengan proyeksi waktu pembangunan selama lima tahun. “Alhamdulillah, kinin sudah terkumpul sumbangan dan infak masyarakat dan perantau lebih dari Rp.3 miliar,” jelas Joni. (Pon)
Discussion about this post