Kota Solok – Dalam upaya melestarikan beragam budaya dan tradisi dari nenek moyang, dengan mewariskan dari generasi ke genersi turun temurun, salah satunya adalah kegiatan mancacak galanggang. Karna Kota Solok terkenal akan kentalnya adat istiadatnya.
Kegiatan mancacak galanggang bersama Tuo Silek dan Sasaran Silek se kota Solok, dibuka langsung oleh Wakil Wali Kota Solok Dr. H. Ramadhani Kirana Putra, SE, MM, pada Sabtu (12/2), di halaman rumah dinas Wawako Solok.
Seperti diketahui, bahwa kata mancak atau dikatakan juga sebagai bungo silek (bunga silat) adalah berupa gerakan-gerakan tarian silat yang dipamerkan didalam acara-acara adat atau acara-acara seremoni lainnya. Gerakan-gerakan untuk mancak diupayakan seindah dan sebagus mungkin karena untuk pertunjukkan.
Para tuo silek juga mengatakan jiko mamancak di galanggang, kalau basilek di muko musuah (jika melakukan tarian pencak di gelanggang, sedangkan jika bersilat untuk menghadapi musuh). Oleh sebab itu para tuo silek (guru besar) jarang ada yang mau mempertontonkan keahlian mereka di depan umum bagaimana langkah-langkah mereka melumpuhkan musuh.
Oleh sebab itu, pada acara festival silat tradisi Minangkabau, maka penonton akan kecewa jika mengharapkan dua guru besar (tuo silek) turun ke gelanggang memperlihatkan bagaimana mereka saling serang dan saling mempertahankan diri dengan gerakan yang mematikan.
Kedua tuo silek itu hanya melakukan mancak dan berupaya untuk tidak saling menyakiti lawan main mereka, karena menjatuhkan tuo silek lain di dalam acara akan memiliki dampak kurang bagus bagi tuo silek yang “kalah”.
Dalam praktek sehari-hari, jika seorang guru silat ditanya apakah mereka bisa bersilat, mereka biasanya menjawab dengan halus dan mengatakan bahwa mereka hanya bisa mancak (pencak), padahal sebenarnya mereka itu mengajarkan silek (silat). Inilah sifat rendah hati ala masyarakat Nusantara, mereka berkata tidak meninggikan diri sendiri, biarlah kenyataan saja yang bicara.
Jadi kata pencak dan silat akhirnya susah dibedakan. Saat ini setelah silek Minangkabau itu dipelajari oleh orang asing, mereka memperlihatkan kepada kita bagaimana serangan-serangan mematikan itu mereka lakukan.
Keengganan tuo silek ini dapat dipahami karena Indonesia telah dijajah oleh bangsa Belanda selama ratusan tahun, dan memperlihatkan kemampuan bertempur tentu saja tidak akan bisa diterima oleh bangsa penjajah di masa dahulu, jelas ini membahayakan buat posisi mereka.
Pada kesempatan tersebut juga turut hadir Anggota DPRD Prov. Sumatera Barat, Ketua KPU Sumatera Barat, Kadis Pariwisata, Anggota DPRD Kota Solok, Ketua LKAAM, Lurah se kota solok, tokoh masyarakat, dan sasaran silek se kota Solok. ***
Discussion about this post