Bukittinggi — Khatam Al Quran, tidak bisa dilepaskan dari penanaman nilai-nilai akidah bagi bagi peserta didik dan juga merupakan budaya bagi warga Bukittinggi, khususnya Kurai.
Usai melepas pawai khatam Al Quran ke-27 TPQ/MDTA Mesjid Nurul Wathan, Gulaibancah kemaren, Wakil Walikota, Marfendi menjelaskan, mengaji pada lembaga pendidikan agama, khususnya baca Alquran, merupakan kebutuhan bagi anak-anak usia setingkat SD.
Menurut Marfendi, mengaji yang dulu identik dengan surau, sesuai perkembangan beralih ke lembaga pendidikan agama seperti MDA, TPQ sampai ke MDTA.
“Meski secara kelembagaan terjadi perubahan, tapi substansinya hampir sama, yaitu mendidik anak-anak belajar membaca Alquran serta pengetahuan agama,” jelas Wawako.
Proses pwndidikan seperti ini, ulas Marfendi, sudah demikian melekat dalam kehidupan masyarakat Bukittinggi dan Kurai khususnya.
Bagian dari prosesi mengaji tersebut yang juga merupakan puncaknya adalah dengan Khatam Quran, diiringgi dengan arak-arakan atau pawai dengan meriah.
Kesemua itu, tambah Wawako sekaligus menjadi tradisi yang melibatkan seluruh lapisan dan tokoh masyarakat, sehingga berbentuk menjadi “alek nagari”.
Sedang bagi Pemko Bukittinggi sendiri, mengaji termasuk dalam program prioritas mewujudkan masyarakat dan khususnya generasi muda dalam Bukittinggi Hebat.
Panitia Khatam Quran, Refniyenti menjelaskan, kegiatan ini berlangsung untuk ke-27 kalinya, dengan peserta sebanyak 24 orang. (Pon)
Discussion about this post