Pasca deklarasi “walikota harga mati” yang digaungkan Mardison Mahyuddin pada Selasa (7/5), dan dibuktikan dengan pengembalian dokumen pendaftaran bacalon walikota ke 4 partai politik sekaligus, serta diantar iring-iringan ratusan relawan itu, seperti sebagai penanda terbukanya kran bagi calon kandidat lain untuk ambil bagian dalam kompetisi Pilkada Kota Pariaman.
Sambutan positif tersebut dimaknai dengan pecahnya keheningan euforia Pilkada dari bacalon kandidat yang ada. Sebab menyusul sejak Selasa (7/5) itu, terhitung lebih kurang 16 bakal calon kepala daerah menyambangi kantor-kantor sekretariat parpol di Kota Pariaman untuk melakukan pendaftaran.
Atau dengan arti kata lain, Gema jilid 2 non-faedah untuk kemajuan pembangunan Kota Pariaman tersebut disambut positif seantero tokoh-tokoh Pariaman dan pendukung para kandidat.
Namun kendati demikian, di balik euforia semua bakal calon itu hanya 3 kandidat yang jauh-jauh hari diprediksi punya kapabilitas bersaing sebagai calon Walikota Pariaman, seiring dengan kekuatan terukur yang mereka miliki, di antaranya: Mardison Mahyuddin, Genius Umar dan Yota Balad.
Sebetulnya langkah cerdas dan langkah bernas Mardison berkali-kali menolak pinangan Genius untuk kembali berduet mewujudkan Gema jilid II di Pilkada 2014 merupakan keputusan yang tepat. Hal itu menampakkan betapa keketiran sekaligus ketakutan Genius menghadapi Mardison. Sebab di kalangan akar rumput, Mardison dikenal sebagai kepala daerah yang populis.
Belum lagi keberhasilan partai Golkar meraih suara terbanyak kedua di Pileg Kota Pariaman kemarin, membuktikan kekuatan Mardison yang memang punya basis masa. Tentu saja representasi itu bertolak belakang dengan background Genius.
Lebih lagi sebagai tokoh politik yang sukses menorehkan namanya dalam tinta sejarah, Mardison adalah satu-satunya tokoh di Indonesia yang dikenal pernah memegang tampuk ketua partai Golkar 4 periode.
Apalagi soal lobi-lobi dana ke pusat, tak perlu kiranya ditanya. Sebagai kader senior yang sudah berurat di partai Golkar, barang tentu Mardison punya banyak jaringan di tingkat pusat. Dan bukan rahasia umum lagi jika keberhasilan pembangunan Pemko Pariaman dalam merogoh dana ke pusat, tak lepas dari campur tangan Wakil Walikota Pariaman, Mardison Mahyuddin.
Berbekal dari semua potensi dan kemampuan yang dimiliki Mardison itulah, ia harus menciptakan duet dengan birokrat sejati. Terlebih jika birokrat itu telah membangun kekuatan politik. Ya, seperti Sekdako Pariaman Yota Balad.
Lenggang kangkung Mardison Mahyuddin – Yota Balad bakal menjadi keniscayaan untuk pembangunan Kota Pariaman lima tahun ke depan. Jika tak ada aral melintang, pasangan ini akan menjadi yang ditakuti, dan peluang besar meneruskan estafet kepemimpinan di Kota Pariaman bakal di depan mata.
Discussion about this post