Oleh Syafri Piliang
Wartawan Muda
Pulau Punjung, pagi itu, udara membawa harum semangat kemerdekaan. Dari halaman Masjid Babbusalam, ratusan pasang kaki mungil dan remaja melangkah, menyulam jejak sejarah di jalanan Dharmasraya. Mereka bukan sekadar peserta pawai, mereka adalah potret masa depan bangsa yang sedang belajar menafsirkan arti kata pahlawan yang digelar Senen (18/08/2025).
Pawai Alegoris kali ini, dinas pendidikan Dharmasraya mangangkat tema” Pahlawanan Ku, Pahlawan Kita Semua ” menjelma dalam berbagai rupa. Anak-anak TK dan SD dengan kostum sederhana, membawa bendera merah putih seukuran tubuh mereka; siswa SMP hingga SMA menghadirkan teatrikal perjuangan, lengkap dengan atribut bambu runcing, sorban, dan pakaian pejuang. Sementara dari barisan SLB, tampak senyum tulus yang tak pernah kalah oleh keterbatasan, justru memberi makna lebih dalam tentang keberanian.
Kadis pendidikan Dharmasraya Bobby Riza Perdana melalui kabid pembinaan dikdas Hari Wahyono yang juga didampingi Kabid Paud dan Pendidikan Non Formal Sutan Jamarin mengatakan bahwa di momen ini, dinas pendidikan menjadi panitia pelaksana lapangan dan sekaligus sebagai penanggung jawab.
Pernyataan dari kedua orang kabid dinas pendidikan itu, seolah memberi isyarat dan menegaskan kepada setiap peserta pawai bahwa belajar tentang kemerdekaan tak cukup hanya sekedar di buku teks saja. Hari itu, sejarah hadir dm..
.i jalanan, menyapa lewat sorak sorai, tawa dan canda anak-anak, serta tepuk tangan warga yang berbaris di pinggir jalan lintas Sumatera.
Rute pawai dari Masjid Babbusalam dan berkhir di panggung Kantor Bupati yang menjadi lintasan simbolis. Dari rumah ibadah menuju rumah rakyat. Dari doa menuju harapan. Seakan ingin mengingatkan, kemerdekaan bukanlah tujuan akhir, melainkan perjalanan panjang yang harus terus dijaga bersama.
Dari atas panggung kehormatan Bupati Dharmasraya Annisa Suci Ramadhani didampingi Wabup Leli Arni dan Penjabat Sekda Jasman Rizal melambaikan tangan yang di sertai oleh Forkopinda lainnya. Pawai alegoris ini terkesan unik dan menarik . Sejumlah peserta pawai menampilkan berbagai poster para pahlawan Nasional yang telah tiada dalam mempertahankan kemerdekaan dimasanya.
Dan ketika langkah-langkah kecil itu mencapai garis finish, sesungguhnya bukan sekadar akhir pawai, melainkan awal dari kesadaran. Bahwa menjadi pahlawan di zaman ini, tak lagi dengan mengangkat senjata, tetapi dengan belajar, berbuat jujur, peduli pada sesama, serta mencintai tanah air dengan cara-cara sederhana namun nyata.
Terlihat dari raut wajah anak-anak itu, kemerdekaan menemukan denyut barunya. Denyut yang tak lekang dipanas tak lapuk dihujan terus menyala. bahkan 80 tahun sudah berlalu ,setelah proklamasi dikumandangkan oleh Soekarno Hatta , hingga kini pahlawan kemerdekaan tetap di kenang dan menyala di tubuh anak bangsa.***
Discussion about this post