Pariaman — Lasita, tak lain merupakan akronim dari Lapau Simpang Tabuik. Komunitas ini digagas dan dilahirkan sebagai wujud kepedulian dari warga lapau (warung kopi) di Simpang Tabuik Kota Pariaman, terhadap isu-isu yang menyangkut kearifan lokal; baik itu terkait dengan khazanah budaya, sosial dan politik.
Berbekal banyaknya tokoh-tokoh sentral dan sesepuh di kota sala lauak yang menjadi warga lapau di Simpang Tabuik, Kampuang Cino, pusat Kota Pariaman ini–yang berasal dari–banyak kalangan profesi, menjadikan lapau tersebut sebagai barometer informasi terhadap perkembangan pelbagai isu.
Dari sinilah, sejumlah tokoh eksponen yang notabene merupakan warga Lapau Simpang Tabuik, mendedikasikan diri dengan melahirkan Komunitas Lasita. Nantinya, komunitas ini akan dilegalkan dan disahkan melalui peresmian yang akan dihadiri Walikota Pariaman.
Penasehat Komunitas Lasita, Mukhlis Rahman menuturkan, dilahirkannya komunitas ini dirasa penting untuk melestarikan nilai-nilai luhur, tradisi, dan kekayaan budaya daerah, serta menyikapi berbagai isu persoalan sosial dan politik untuk mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan.
Selain itu kata Mukhlis, Komunitas Lasita berupaya untuk senantiasa memperkuat rasa kebersamaan dan identitas budaya lokal menjadi perekat yang mempersatukan masyarakat, dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap warisan leluhur.
“Jadi kita berupaya menjaga keberlanjutan tradisi dan nilai-nilai luhur. Tradisi dan nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi perlu dijaga agar tidak hilang ditelan zaman,” ungkap Mukhlis dalam sebuah kesempatan di Lapau Simpang Tabuik.
Menurut Mukhlis, membangun karakter dan jati diri suatu daerah dengan memperkenalkan identitas budaya yang kuat, akan membantu masyarakat memahami asal-usul mereka dan membangun rasa percaya diri masyarakat itu sendiri.
Sedangkan di bidang politik, sambung Mukhlis, merujuk pada sistem nilai, keyakinan, dan sikap yang dimiliki masyarakat terhadap proses politik dan pemerintahan.
“Ini mencakup bagaimana masyarakat memahami, menilai, dan berpartisipasi dalam sistem politik. Budaya politik sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sejarah, agama, adat istiadat, dan struktur sosial masyarakat. Nah kita di Minangkabau, terkhusus Pariaman, surau dan lapau itu adalah pusat informasi, untuk saling mengisi, diskusi dan tukar pikiran. Inilah salah satu kearifan lokal yang harus kita jaga kelestariannya,” papar Mukhlis menjabarkan.
Sementara itu di pihak yang sama, Ketua Komunitas Lasita, Sudirman Palo, tokoh yang dikenal sebagai sesepuh Kota Pariaman ini, menyebut kehadiran Komunitas Lasita akan membersamai masyarakat Kota Pariaman dalam hal menjaga kerukunan dari berbagai isu.
“Jadi antara identitas, budaya dan politik itu saling berkaitan. Nah, di sinilah peran komunitas untuk mengedukasi sosial masyarakat untuk melek dengan identitas budaya serta kearifan lokal kita,” ujar Sudirman. (Idm)
Discussion about this post