Agam — Kabupaten Agam merupakan satu-satunya wilayah administratif di Sumbar yang memiliki sumber daya alam (SDA) terlengkap. Di bagian timur, di antara bentangan Bukit Barisan dan julangan dua Gunung Marapi dan Singgalang terdapat lahan subur pertanian.
Sementara di bagian barat juga terhampar lahan pertanian serta perkebunan dan lautan yang menjadi sumber ekonomi bagi kehidupan masyarakatnya, sekaligus mendukung pendapatan daerah.
Secara keseluruhan, potensi SDA Kabupaten Agam, dikatakan terlengkap karena juga memiliki objek-objek wisata mulai ngalau (goa), ngarai/lembah, danau sampai pantai, sebagai destinasi wisata yang sangat potensial dikembangkan lebih optimal lagi.
Beranjak dari kondisi tersebut, ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Sumbar Ir. Asnal Zakri, MM menilai, terutama dari sektor pertanian, diperlukan “political will” dari pemimpin yang mampu mengeksploitasinya dengan baik.
“Itu akan ditentukan oleh bupati dan wakil bupati sebagai “top manager” pemerintahan daerah ini, supaya SDA yang melimpah tersebut tidak hanya memberikan kesejahteraan kepada masyarakat sekaligus kepada pemkab Agam sendiri,” jelas Asnal yang tinggal di Lambah Ampek Angkek ini.
Menurutnya, selama ini berbagai hasil bumi, laut dan alam lainnya belum mampu dieksploitasi secara optimal oleh Pemkab Agam. Di sinilah diperlukan seorang pemimpin yang mampu mengelola SDA sehingga bisa menghasilkan nilai keekonomian yang lebih baik.
Selama ini, tambah Asnal, hasil bumi dan laut yang dikelola oleh petani atau nelayan Agam, masih banyak tergantung kepada toke atau bahkan tengkulak dalam menentukan harga, sehingga belum mampu memberikan kehidupan lebih bagi masyarakat petani dan nelayan.
Upaya meningkatkan nilai hasil atau sarana hasil pertanian di Agam khususnya, dijelaskan Asnal pernah dilakukan oleh mantan Bupati Agam, Aristo Munandar, di antaranya dengan membangun Pasar Agro di Ampekangkek, dan los saka di Bukik Batabuah, namun terbiarkan terbengkalai sampai kini.
“Padahal itu bagian sarana pemasaran hasil pertanian dan perkebunan rakyat di Kabupaten Agam. Sudah dua orang bupati setelah Aristo, namun kedua sarana pemasaran hasil pertanian tersebut tidak bisa difungsikan,” tegas Asnal.
Program lain yang tidak kalah penting di kabupaten Agam, tambah ketua KTNA Sumbar, bagaimana meningkatkan proses dan produktivitas pertanian beserta subsektor lainnya, seperti perkebunan dan perikanan yang sangat potensial.
Untuk menjawab tuntutan tersebut, pasangan Benni Warlis-M. Iqbal sudah memprogramkan pengembangan dan pengembangan sektor pertanian melalui pokok murah, hasil melimpah. Itu sesuai dengan disiplin ilmu serta pengalaman Benni sebagai lulusan Fakultas Pertanian.
Apalagi ketika menjadi Kepala Dinas Pertanian di Kota Payakumbuh, sudah dilakukan langkah mengantisipasi persoalan harga hasil pertanian dengan membentuk kantong pembelian oleh pemko setempat.
“Ini menjadi modal dan harapan petani di Agam untuk mengembangkan hasil pertanian dengan yang memproteksi permainan harga oleh para tengkulak,” tegas Asnal.
Demikian juga untuk subsektor perkebunan dan perikanan, Ketua KTNA Sumbar yakin, dengan kemampuan dan pengalaman mengelola keuangan daerah khususnya, termasuk dukungan dari calon Wakil Bupati Agam yang sudah berpengalaman sebagai legislator, tidak begitu sulit “manjuluak” anggaran atau proyek dari pusat.
Jika keduanya diberi amanah untuk memimpin ke depan, Asnal sangat yakin bisa mewujudkan Agam Madani. Masyarakat, petani, pekebun dan nelayan khususnya di daerah ini bisa merasakan kesejahteraan yang diidamkan. (Pon)
Discussion about this post