Sintoga — Sudah terhitung 2 bulan, lahan petani Padang Pariaman di tiga kecamatan serta sebagian lagi di Kota Pariaman mengalami kekeringan, akibat tidak adanya pasokan air yang mengaliri sawah-sawah mereka.
Hal tersebut disebabkan jebolnya saluran primer irigasi Anai 2 yang berlokasi di Batang Tapakih, Kenagarian Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman.
Akibatnya ribuan hektar lahan petani yang terbagi di tiga kecamatan yakni: Sintuak Toboh Gadang, Lubuk Alung dan Kuraitaji serta sebagian lainnya berada di wilayah kecamatan di Kota Pariaman mengalami kekeringan, bahkan lebih parahnya terancam gagal panen.
Happy Neldi tokoh masyarakat Lubuk Alung yang ditemui wartawan di lokasi jebolnya saluran irigasi di Batang Tapakih, Kamis (10/3), sangat menyayangkan lambatnya penanganan dari pemerintah daerah dalam hal penanggulangan.
“Kita miris saja, ribuan hektar sawah petani yang tersebar di tiga kecamatan di Padang Pariaman mengalami kekeringan akibat tidak ada pasokan air untuk mengaliri sawah mereka. Jadi selama 2 bulan belakangan sejak saluran irigasi ini jebol, petani hanya bergantung pada hujan,” terang mantan anggota DPRD Padang Pariaman yang juga pernah menjadi Ketua Fraksi Gerindra di dewan ini.
Dirinya menilai, lambatnya respon dari pemerintah daerah dalam menangani bencana yang berdampak kepada hajat hidup petani ini, ditakutkan akan menimbulkan masalah masalah baru bagi masyarakat, “Apa lagi dalam keadaan ekonomi masyarakat yang belum stabil akibat terpukul oleh Covid,” ujarnya.
Kabarnya, lanjut Happy, semua stake holder terkait sudah meninjau lokasi yang disebabkan oleh faktor bencana ini. Mulai dari Dinas PU sampai provinsi dan Balai Sungai sudah datang ke lokasi.
“Namun katanya mereka menunggu surat resmi dari pemda kita. Saya mendorong pemda agar secepatnya bertindak mengingat saluran irigasi ini sumber pengairan utama bagi petani di tiga kecamatan itu,” paparnya lagi.
Sementara itu, menurut ketua kelompok tani setempat, Ramli yang juga ketua GP3A Irigasi Anai 2, menyebutkan setidak seluas 7.400 hektar lebih hamparan sawah petani tidak bisa dialiri oleh air, sehingga masyarakat petani tidak bisa melakukan aktivitasnya.
“Lebih dari 7.400 hektar hamparan sawah kami mengalami kekeringan di tiga kecamatan. Semua mengalami kekeringan. Apalagi sekarang musim sudah masuk musim tanam. Kami merasa ditelantarkan. Apa yang mau digarap sedangkan air saja tidak membasahi sawah kami. Mau makan apa kami? Karena 75 persen mayoritas masyarakat adalah petani di sini,” tandas Ramli dalam kesempatan yang sama pada media, Kamis (10/3) di Batang Tapakih, Nagari Sintuk.
Di sisi lain, pihak Balai Wilayah Sungai Sumatera V (BWSS V) setelah dihubungi media, mengaku telah mendapatkan laporan dari media ini dan sudah menghubungi Dinas SDA Propinsi Sumatera Barat untuk segera melakukan penanganan darurat.
“Kita sudah menghubungi Dinas SDA Propinsi Sumatera Barat, pak. Lewat PPK TPOP-nya akan sesegera mungkin melakukan penanganan darurat untuk menanggulangi jebolnya saluran, dengan cara memasang pipa besar atau dengan drum, pak. Jadi sebelumnya kami sudah turun ke lokasi dan melakukan langkah langkah penanggulangan apa yang akan kita lakukan,” sebut Iza, PPK TPOP Balai Sungai Sumatera V lewat saluran telpon ke media, Kamis sore (10/3).
(Idm)
Discussion about this post