Pessel, R. Investigasi — Ketakutan masyarakat terhadap wabah virus corona (Covid-19) mulai mengganggu laju perekomian. Hal ini dirasakan oleh petani gambir dan para nelayan serta pedagang pasar tradisional di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat (Sumbar).
Informasi yang dihimpun Reportaseinvestigasi.com, di Kecamatan Sutera, sebagai kecamatan penghasil getah gambir terbesar di Pessel, dan juga sebagai kecamatan hasil tangkap ikan terbesar setiap tahunnya, mengalami penurunan harga.
Hasil pertanian warga di Kecamatan Sutera, seperti harga gambir mulai anjlok mencapai Rp 10 ribu per kilogram, dan harga ikan hasil tangkapan nelayan turun dari harga sebelumnya.
Salah seorang Petani gambir di Rawang, Rio (32), mengatakan sejak satu minggu ini harga hasil tani getah gambir mulai anjlok, dengan harga jauh lebih murah dari sebelumnya.
“Sejak menyebarnya virus corona, harga getah gambir yang menjadi sumber penghasilan kami, anjlok dari harga Rp14 ribu per kilogam menjadi Rp10 ribu per kilogram,” sebutnya, Senin (23/3/2020).
Begitu pun dengan nelayan di Kecamatan Sutera, Iwan (28) mengatakan, ikan hasil tangkap nelayan mengalami penurunan harga.
Sebab, kata pengusaha ikan di daerahnya itu, ikan hasil tangkap nelayan yang dibeli olehnya, sulit dijual ke pasar provinsi lain.
“Ikan kita yang biasa diekspor keluar tidak bisa dikirim. Karena, pelabuhan penyeberangan banyak yang tutup. Untuk kebutuhan, hanya bisa dikirim ke Pakanbaru, Riau saja. Kalau seberang pulang tidak bisa,” ungkapnya.
Sementara pengumpul gambir setempat, Hengki (32) mengatakan, anjloknya harga gambir disebabkan tutupnya sejumlah gudang di India akibat Covid-19.
“Orang gudang tutup dan tidak membeli getah gambir. Itu kata orang gudang, disebabkan Covid-19, karena semua pelabuhan tutup dan untuk mengekspor barang keluar tidak bisa,” katanya.
Salah satu pedagang Nopi (37) menagatakan, sejak satu minggu ini Pasar Surantih, sangat sepi karena adanya penyebaran virus corona.
“Ekonomi masyarakat banyak yang macet karena virus corona. Jadi, pasar-pasar sepi dan pembeli hanya belanja kebutuhan seadanya saja,” singkatnya.
Terpisah, Midra, 32 tahun, salah seorang pedagang di Pasar Inpres Painan mengungkapkan, pasar tradisional mulai sepi pembeli sejak menyebarnya virus corona. Omzet pedagang menurun drastis dari hari sebelumnya.
“Orang pada takut ke luar rumah, sehingga pasar menjadi sepi. Apalagi selama ini daya beli juga turun,” ungkap dia.
Menurutnya, penurunan omset penjualan mencapai 50 persen. Jika sebelumnya, jual beli per hari bisa mencapai Rp 800 ribu, namun saat ini hanya berkisar dari Rp 400 ribu sampai Rp 300 ribu saja.
Bahkan, beberapa harga bahan pokok mulai beranjak naik. Seperti gula, misalnya. Jika sebelumnya hanya Rp 15 ribu per kilogram, kini mencapai Rp 18 ribu. Kenaikan akibat pasokan yang minim. (Robi)
Discussion about this post