Agam—saat ini dari total 13 warga positif covid-19, 9 orang merupakan petugas medis yang mana setelah hasil test swab I dinyatakan positif terpapar virus corona. Dan potensi penambahan sangat terbuka lebar, mengingat dari hasil tracing yang dilakukan di dua kluster, termasuk pengembangan di Lubukbasung, hasil tesnya masih belum diumumkan GTP2 Covid-19 Agam.
Melihat kondisi yang terjadi di kabupaten Agam, menyusul semakin tingginya angka penambahan warga positif terpapar covid-19, bahkan dari data yang ada, penambahan justru didominasi oleh petugas medis yang terlibat dalam proses penanganan pasien terpapar sebelumnya.
Tak tinggal diam ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Elvera Susanti,SpP,FAPSR mengaku prihatin karena perkembangan situasi yang terjadi justru banyak menyebabkan para pejuang medis yang terpapar virus covid-19.
Secara khusus, dr.Elvera Susanti menegaskan, pihaknya sejak awal sudah mewanti-wanti bom waktu yang bakal meletus setiap saat di Kabupaten Agam, karena menurutnya Pemkab.Agam dan GTP2 Covid-19 Agam tidak fokus mengarah pada upaya membangun pertahanan di bidang medis, karena hal itu menurutnya sangat penting, sebagai ujung tombak penanganan covid-19 di lapangan.
Disebutkan dr.Elvera Susanti, sejak awal pihaknya berkoordinasi dan sudah meminta Dinas Kesehatan Agam dan tim gugus tugas, untuk memberlakukan penanganan khusus bagi tenaga medis, terutama dengan penyiapan cadangan tenaga, dengan tidak mengoperasionalkan seluruh tenaga kesehatan di puskesmas, dan hanya menyiagakan tenaga piket setiap hari.
Sasarannya, ulas Elvera, seperti dalam kondisi saat ini, makin banyak tenaga medis yang terpapar, sementara saat ini menurutnya, Agam justru masih memasuki awal-awal kondisi rawat dengan potensi tren peningkatan jumlah warga terpapar, “ jika seluruh kekuatan dikerahkan sejak awal, bisa dibayangkan, berapa jumlah tenaga medis yang harus disiapkan sementara diawal saja sudah banyak yang tumbang, “ tegas ketua IDI Agam itu.
dr.Elvera Susanti yang dokter spesialis paru-paru itu menyayangkan, dampak lemahnya koordinasi dengan Dinas Kesehatan Agam yang tidak fokus dan tidak membuat konsep yang terukur dalam upaya penanganan secara medis. Dibuktikan, hingga kini organsiasi medis yang ada di kabupaten Agam, baik IDI, IBI maupun PPNI tidak pernah diajak untuk merumuskan langkah-langkah penanganan covid-19 secara khusus.
“ Hanya slogan yang menyatakan kami pejuang pak. Nyatanya untuk membahas langkah-langkah tekhnis saja tidak pernah ada, “ tegas Elvera Susanti lagi.
Ketua IDI Agam itu, mengaku sudah cukup lama kecewa dengan kondisi itu di kabupaten Agam karena tidak adanya pola dan strategi yang jelas, “ hingga kini saja, APD yang standar WHO untuk tenaga kesehatan di puskesmas saja tidak ada, mereka hanya memakai APD standar II minimal, itupun sumbangan dari pihak ketiga, belum lagi protokol medis lainnya, “ tukasnya serius.
Selain itu, langkah penyelamatan tenaga medis yang dijanjikan sebelumnya, bahwa di media sudah diekspose tentang penyiapan kompleks isolasi petugas medis, salah satunya di rusunawa Agam, karena mestinya, petugas yang baru turun ke lapangan, tidak langsung ke rumah, berbaur dengan keluarganya, sementara kondisinya tak jelas, bahkan OTG, “ namun sampai saat ini, pulang bertugas, para tenaga kesehatan langsung pulang ke rumah, berbaur dengan keluarga, dengan resiko yang sangat luar biasa tingginya, “ ulas Elvera.
dr.Elvera Susanti, yang juga ketua Satgas Penanganan Covid-19 IDI Sumbar itu, berniat akan berkoordinasi langsung dengan bupati Agam untuk menyampaikan keluh kesah seluruh dokter dan tenaga medis di Agam, termasuk meminta bupati Agam menyelamatkan seluruh tenaga medis, baik dokter, bidan dan perawat yang bertaruh nyawa menangani covid-19 ini.
“ Walau terlambat, tapi masih ada waktu, kami sudah menyiapkan surat untuk berkoordinasi dengan bupati Agam, untuk membahas langkah-langkah strategis yang harus dilakukan kedepan dalam upaya menangani covid-19 secara terukur dan jelas, “ tegasnya.
Elvera Susanti, berharap dalam tugas berat menghadapi pandemic covid-19, diharapkan jalinan koordinasi dengan IDI Agam bisa lebih diperluas. Termasuk harapan pihaknya, agar seluruh puskesmas dilengkapi dengan APD level 2 dan 3, dan pemerintah hanya membuka puskesmas untuk layanan emergency saja, untuk menghemat dan mencadangkan tenaga personil kesehatan di seluruh wilayah, jika terjadi situasi luar biasa.
Disisi lain, pihaknya juga menyarankan, perlunya peningkatan kerja surveillance, memaksimalkan penyuluhan pada masyarakat agar masyarakat memahami langkah-langkah yang harus dilakukan, termasuk dalam mentaati protokol medis yang harus dilakukan dalam mengantisipasi penyebaran covid-19 di wilayah masing-masing.
“ Kami juga meminta bupati Agam melindungi seluruh tenaga kesehatan yang bertugas ke lapangan, dengan penyediaan sarana karantina, karena hal itu sangat penting untuk memutus rantai penyebaran covid-19 di wilayah masing-masing, “ ulasnya berharap.
Aji
Discussion about this post