Pariaman — Sejumlah pihak dari tokoh masyarakat, keluarga dan kerabat korban pembunuhan Fikri (34) warga Korong Muaro, Gasan Gadang, Padang Pariaman, menuntut kejelasan perkembangan kasus tersebut ke kepolisian, setelah hampir sebulan berlalu.
Mereka menyayangkan lambannya proses hukum di Polres Pariaman yang hingga kini belum juga menemui titik terang tentang siapa pelaku pembunuh Fikri.
Hal itu diutarakan istri korban, Meli yang didampingi tokoh masyarakat setempat, pihak keluarga dan kerabat lainnya saat jumpa pers dengan sejumlah wartawan, Minggu (19/10), di Pasia Naras I, Pariaman Utara, Kota Pariaman.
Di hadapan sejumlah media, Meli, istri korban mengaku sudah dua kali dipanggil kepolisian untuk dimintai keterangan, akan tetapi sejauh ini polisi belum memberikan kepastian hukum tentang pelaku yang sudah menghabisi nyawa suaminya.
“Kata penyidik masih dalam proses saja, belum ada perkembangan lanjutan. Kita diminta sabar. Padahal saya sudah 2 kali dipanggil polisi dan kasus ini hampir sebulan berlalu. Persisnya hari Rabu tanggal 24 September,” papar Meli.
Pihak keluarga korban mencurigai adanya keterkaitan antara kasus cabul yang menimpa anak angkat korban, yang diketahui dilaporkan korban dan keluarga ke kepolisian tak lama sebelum peristiwa pembunuhan terjadi.
“Arahnya ke situ (kasus cabul), sebab kami menemukan ada ancaman melalui Messenger dari terlapor. Selain itu tidak ada permasalahan lain yang dialami korban. Karena pada hari Selasa (sehari sebelum pembunuhan) kami melaporkan kasus cabul ke Polres, dan disuruh balik lagi besoknya untuk visum. Pas Rabu malam itulah suami saya dibunuh,” terang Meli.
Kronologis Pembunuhan
Istri korban Meli mengetahui suaminya Fikri menjadi korban pembunuhan lantaran pada Rabu (24/10) menjelang magrib saat itu, korban tidak lagi menyahut ketika dipanggil setelah pulang membeli rokok di warung.
“Jadi magrib itu dia habis beli rokok, saya mendengar suara motornya pulang. Tapi tak kunjung masuk rumah. Dan saya suruh anak saya Alif untuk memanggil ayahnya. Anak saya dengar ada yang nyahut di belakang, “Iya,” katanya. Cuma tidak pasti siapa yang jawab,” terang Meli kembali.
Melihat tak adanya jawaban dari korban setelah berulangkali dipanggil, Meli berinisiatif untuk keluar menemui Fikri. Namun Meli tak jua menjumpai korban, hingga akhirnya Meli menemukan sebelah sendal korban di area belakang rumah.
“Saat saya menemukan sebelah sendal korban, saya mulai panik dan memanggil warga yang mulai ramai berdatangan untuk mencari keberadaan korban. Diketemukan korban sudah tergeletak tak bernyawa di bawah jurang belakang rumah pukul 20.30 wib (dengan luka tusuk di bagian ulu hati),” jelas Meli menimpali.
Sementara itu kerabat korban yang tak lain adalah pamannya, sekaligus tokoh masyarakat Nagari Guguak, Kuranji Hilia, Nasrim mengutarakan kekecewaan atas lambannya kinerja kepolisian yang menangani kasus ini.
“Kami berharap pelaku segera ditangkap, dan kasus ini bisa jelas titik terangnya. Bahkan sudah ada juga dilaporkan pengancaman lewat Messenger, namun sampai kini masih sekedar proses dan proses saja. Jadi kapan akhir dari proses ini?” ujar Nasrim bertanya.
Lebih jauh dia mengatakan, bahwa pihaknya tidak sedang menyalahkan pihak berwajib, namun mempertanyakan apa yang menjadi kendala kepolisian menangani kasus tersebut.
“Kalau seandainya polisi ingin melibatkan pihak kami di Nagari Guguak, kami bersedia membantu. Tujuannya agar proses ini dipercepat. Yang bersangkutan ditangkap. Padahal semua keterangan dari saksi sudah dimintai. Jadi harapan kami, baik di rantau dan di kampung tak merasa galau dengan kinerja polisi. Jadi bukan menyalahkan polisi, hanya ingin kejelasannya segera,” harap Nasrim. (IDM)
Discussion about this post