Bukittinggi — Keberadaan kera di hampir sepanjang bibir ngarai Sianok, memang sudah lama terasa menggangu bagi warga. Binatang jenis primata itu bahkan tidak membiarkan tanaman warga tumbuh.
Ini tentu saja dikeluhkan oleh warga yang tinggal di bibir ngarai Sianok di kawasan Bukittinggi,termasuk kaum ibu kader dasa wisma Birugopuhun, yang dianjurkan untuk menanam jenis tanaman terutama tanaman obat keluarga (Toga).
“Gangguan hama yang satu ini perlu menjadi perhatian dan penanganan dari petugas terkait, karena apa pun yang kami tanaman tidak pernah bisa tumbuh,” jelas Lasmita, salah seorang kader Dasa Wisma Birugopuhun, pasa pertemuan dengan salah seorang anggota DPRD Bukittinggi bersama sejumlah wakil dari SKPD, Sabtu (30/7) siang.
Menurut Lasmita, khusus bagi para kader Dasa Wisma, dianjuruab menanam tanaman berbabagi jenis sayuran termasuk. Tapi akibat gangguan hama kera ini, tidak satu pun tanaman yang dibiarkan tumbuh.
Keluhan kader Dasa Wisma Birugopuhun tersebut, ditanggapi Junaidi, dari Bidang Peternakan, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Bukittinggi.
Junaidi mengakui, kera-kera yang berkeliaran di sepanjang bibir ngarai Sianok itu juga sempat mengganggu pengunjung di objek wisata,termasuk di Panorama Baru.
Karena saat itu sudah sangat mengganggu, ulas Junaidi, sudah pernah dilakukan upaya merelokasi kera-kera di Panorama Baru ke habitat yang tidak bersinggungan dengan warga secara terpadu dengan petugas dari instansi terkait, namun tidak berhasil.
Berbeda dengan binatang lain yang bisa mengganggu warga seperti anjing, kera tidak boleh dibunuh, melainkan merelokasi ke habibat yang tidak terlalu bersinggungan dengan kehidupan manusia.
Meski belum diprogram oleh Pemko Bukittinggi, namun menjawab tuntutan warga, Junaidi menyebutkan, penanganan hama kera ini perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu, termasuk BKSDA yang juga memiliki tugas dalam bidang ini. (Pon)
Discussion about this post