Payakumbuh — Kami sangat mengapresiasi serta menyambut dengan baik atas terobosan yang ditawarkan oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang dalam upaya mengembangkan produk-produk seni kriya baik untuk pribadi maupun untuk UMKM.
Hal ini disampaikan Pj. Wali Kota Payakumbuh yang diwakili Pj. Ketua Dekranasda Ny. Elfriza Zaharman saat menghadiri kegiatan Kriya Expo ke-7 di pondok promosi Ngalau indah Payakumbuh, Sabtu 7 September 2024.
Kegiatan yang turut dihadiri Rektor ISI Padang Panjang beserta jajaran tersebut juga terlihat hadir kepala Disnakerperin Yunida Fatwa, kepala Disparpora Nofriwandi, kepala Dinas Koperasi dan UKM Faisal, serta kepala dinas pendidikan kota Payakumbuh Dasril.
Elfriza Zaharman yang akrab disapa Cece itu berharap dengan acara Kriya Expo ini akan dapat mempromosikan produk-produk industri kreatif yang dilahirkan. Dengan mengusung tema “Kearifan Lokal dan Seni Tradisional dalam Konservasi Lingkungan”, Cece mengatakan tema ini sebagai bentuk refleksi terhadap pentingnya pelestarian lingkungan melalui seni kriya yang berakar pada nilai-nilai kearifan lokal.
“Di tengah krisis lingkungan global, seni tradisional dan kriya lokal memiliki potensi besar dalam menawarkan solusi berbasis alam yang berkelanjutan. Kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun menyimpan berbagai praktik hidup harmonis dengan alam, sementara seni tradisional menjadi media ekspresi yang menyeimbangkan estetika dan kelestarian alam,” ungkapnya.
Menurut Pj. Ketua Dekranasda Kota Payakumbuh itu, kegitan Kriya Expo bertujuan untuk menghadirkan karya-karya kriya yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga mengandung pesan kuat tentang pentingnya konservasi lingkungan. Setiap karya menjadi simbol dialog antara manusia, budaya, dan alam dalam konteks keberlanjutan. Di sini, seni kriya dipandang sebagai sarana untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam menjaga dan merawat lingkungan melalui pendekatan tradisi dan seni kontemporer,” lanjutnya.
Terkait tema yang diusung, Cece turut menjelaskan apa yang dimaksud dengan kearifan lokal dan seni tradisional.
Dimana untuk kearifan lokal merupakan bentuk pengetahuan dan praktik yang berkembang dari generasi ke generasi, berakar pada hubungan yang dalam antara manusia dan alam sekitarnya. Dalam konteks lingkungan, kearifan lokal mencakup pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, penggunaan material alami yang ramah lingkungan, dan praktik-praktik yang menjaga keseimbangan ekosistem. Misalnya, pemanfaatan kayu, rotan, bambu, tanah liat, daun, dan serat alam lainnya dalam seni kriya tidak hanya menghasilkan karya yang bernilai estetika, tetapi juga membantu mengurangi limbah dan menjaga sumber daya alam.
Sementara itu, seni tradisional menjadi cerminan dari tradisi yang kaya, mulai dari teknik-teknik kriya, seperti ukir, tatah, sulam, batik, dan lainnya hingga pola-pola yang diilhami oleh alam. Seni kriya tradisional seperti anyaman, tenun, ukiran, dan pahat, memiliki nilai konservasi yang tinggi karena menggunakan bahan-bahan lokal yang dapat diperbaharui dan metode produksi yang minim limbah.
“Dengan adanya kegiatan ini, kedepannya akan dapat menjadi langkah bersama kita dalam mengintegrasikan promosi dan informasi produk serta jasa unggulan di kota Payakumbuh terutama dan ke seluruh Sumbar terkhususnya”, jelas Cece.
Cece juga mengatakan selalu optimis dan yakin untuk memberikan dukungan melalui pameran kriya expo dalam menumbuh dan kembangkan usaha kreatif untuk menjadi lebih baik.
Adapun untuk kegiatan yang berlangsung pada Kroya Expo ke-7 berupa pameran. Dimana untuk pameran yang diikuti seluruh peserta haruslah menggunakan bahan dan material yang ramah lingkungan, seperti menggunakan bahan daur ulang, bambu, kayu, tanah liat dan bahan alami lainnya. (Rel)
Discussion about this post