Pariaman — Anggota DPRD Kota Pariaman, Aris Munandar, Kamis sore (3/8) mengungkap informasi yang membuat heboh jagad maya, terutama bagi warga berdomisili di Kota Pariaman.
Pasalnya, postingan yang diunggah akun Aris Munandar melalui jejaring sosial Facebook itu menyatakan tes sampel air minum yang diproduksi depot untuk isi ulang, dari 17 sampel yang berhasil diuji, hanya 4 sampel yang layak dikonsumsi manusia.
“Luar biasa gawat, dari 17 sampel untuk tes air isi ulang, hanya 4 yang layak diminum manusia di kota ini,” tulis Aris Munandar, Kamis (3/8).
Lebih jauh Aris mengungkapkan, jumlah usaha depot air minum isi ulang yang tersebar di Kota Pariaman sebanyak 77 depot. Namun dari jumlah yang sebanyak itu, hanya 17 depot yang mau memberikan sampel hasil uji klinis. “Alhasil, dari 17 depot yang sudah diuji tadi, hanya 4 depot yang layak dikonsumsi,” terang politisi PKS ini.
Harusnya kata Aris, pemeriksaan air minum yang akan dijual oleh depot itu, diperiksa teratur dalam kurun waktu sekali 3 bulan.
“Jadi memang betul setiap depot itu telah lulus verifikasi uji klinis, tapi bisa jadi hasil verifikasi itu sudah lewat tahunnya. Karena minimal pemeriksaan depot air minum itu diuji 3 bulan sekali,” tukuknya.
Aris mengaku, menindaklanjuti persoalan tersebut, pihaknya dari DPRD sudah memerintahkan ke dinas agar disampaikan ke walikota, serta merekomendasikan untuk menutup tempat usaha depot yang tak layak konsumsi, karena berakibat fatal bagi kesehatan. Namun Aris enggan membeberkan depot mana saja yang tak layak dikonsumsi tersebut.
Sementara itu, Ferry Abidin Kepala Labor Dinas Lingkungan Hidup dan Perkim Kota Pariaman membenarkan depot air minum yang berizin di Kota Pariaman berjumlah 77 unit. Dan dari 77 tersebut hanya ada 4 depot air minum yang lulus uji klinis labor.
Alasannya selama tahun 2023 ini, belum banyak pemilik depot air isi ulang yang menindaklanjuti Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan). Lebih jauh Fery mengatakan, salah satu alasan pemilik depot enggan melakukan uji labor karena biayanya yang terlalu tinggi.
“Terhitung dari Januari s/d sekarang, baru 17 depot yang menguji kelayakan air minum isi ulangnya. Padahal dalam Permenkes, sebelumnya pengujian itu minimal dilakukan 1 kali dalam 3 bulan, berarti dalam 1 tahun itu 4 kali. Sedangkan peraturan terbaru Permenkes sekarang malah setiap bulan (dianjurkan),” ungkap Fery.
Fery juga menerangkan, sebelum Permenkes itu diterapkan sekitar tahun 2016/2017. Pemko Pariaman telah menerbitkan Perda di tahun pertama.
“Pemko Pariaman menjaminkan semua depot air minum itu teruji, dengan biaya ditanggung Pemko. Pariaman. 4 kali setahun itu gratis. Setelahnya di tahun 2018 biayanya dibagi dua, Pemko Pariaman menanggung 2 kali pengujian dan pemilik depot 2 kali juga,” sambung Fery.
Di 2019 dikurangi lagi porsinya, 1 kali Pemko, 3 kali pemilik depot air minum. “Saat itulah langsung diterapkan shock terapi, dari 64 depot, 14 nya ditutup,” ungkap Fery.
Katanya, karena banyaknya penutupan maka munculah kegaduhan, sehingga pemilik depot yang ditutup menggunakan kekuatan-kekuatan di belakangnya.
“Setelah masuk 2020 dikarenakan masuknya Covid, ditambah lagi tidak adanya biaya-biaya yang dibutuhkan untuk itu. Jadi penegasan dan pengujian tidak jalan, dan di 2022 kita mulai kembali,” pungkas Fery Abidin. (Idm/wrm)
Discussion about this post