Bukittinggi — Menjelang peringatan Hari Kartini tahun ini, ada yang menarik untuk diketahui di lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi. Ya, emak-emak tersebut ternyata selama ini secara kuantitas sangat dominan, dan sekarang bahkan mencuat secara kualitas.
Hampir sama dengan lingkungan pemerintahan daerah lain, jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) kaum perempuan yang ada di Pemerintah Kota Bukittinggi jauh melebihi jumlah laki-laki.
Kepala Badan Kepegawaian dan Sumber Daya Manusia (BKSSM) Kota Bukittinggi, Sustina yang dijumpai reportase di ruang kerjanya menjelang hari Kartini ini mengakui jumlah ASN Perempuan jauh melebihi laki-laki.
Menurut Sustina, dari 2.455 orang ASN yang tercatat saat ini di jajaran Pemko Bukittinggi, jumlah kaum perempuan sebanyak 1.562 orang dan hanya 893 orang saja dari kaum laki-laki.
Ternyata tidak hanya secara kuantitas, terutama sejak Erman Safar menjabat Walikota Bukittinggi, nominasi “emak-emak” kian terasa. Para Kartini Bukittinggi itu juga berhasil menduduki posisi pimpinan di sejumlah Organisasi Pemerintah Daerah (OPD).
Diawali dengan pelantikan camat pertama dari kaum perempuan di kota Bukittinggi untuk wilayah kecamatan Auabirugo Tigobaleh (ABTB) yang sebelumnya selalu dijabat oleh kaum laki-laki.
Sementara tiga jabatan eselon II yang sebelumnya dijabat “emak-emak” ini tidak terusik dan luput dari proses lelang sebagaimana berlangsung pada sebagian besar kepala Badan, Dinas dan Inspektur.
Dari proses lelang jabatan untuk eselon II diakui Sustina sejak awal sudah diikuti oleh para Srikandi ASN Bukittinggi.
Dari proses lelang tersebut, nominasi Kartini mulai terlihat ketika tersebar nama nominator pimpinan lembaga eselon II di jajaran Pemko Bukittinggi yang menempatkan emak-emak.
“Semua proses dilaksanakan sesuai ketentuan kepegawaian serta diseleksi oleh sejumlah pakar dan mantan pamong senior di berbagai daerah Sumbar,” tegas Sustina.
Walikota sendiri diakui Kepala BKSDM bahkan menegaskan tidak ikut campur sama sekali dalam proses lelang jabatan.
“Walau sekedar mengetahui siapa saja yang ikut lelang, pak walikota tidak mau,” imbuh Sustina.
Dan dalam proses akhir yang merupakan kewenangan penuh Walikota, dari tiga nominator untuk setiap pimpinan OPD, akhirnya tiga jabatan eselon II yang dilelang tersebut berhasil diduduki oleh “emak-emak”.
Ketiga jabatan tersebut adalah, Kepala Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan, Sekretaris Dewan (Sekwan) serta Inspektur Kota Bukittinggi.
Dengan demikian, tambah Sustina, dari 26 jabatan pejabat eselon II di jajaran Pemko Bukittinggi menjadi enam orang atau dua kali lipat dari jumlah sebelumnya.
Kecuali jabatan camat, untuk lima pimpinan OPD eselon III di luar sekretariat, dua orang diantaranya dijabat oleh “Kartini-kartini” kota Bukittinggi.
Hebatnya lagi,dua jabatan eselon III tersebut juga bukan main-main, yakni kepala Kantor Kesbangpol dan Kalahar BPPD Kota Bukittinggi. Dya jabatan yang butuh energi dan konsentrasi tinggi. (Pon)
Discussion about this post