Oleh Syafri Piliang
Wartawan Muda
Dharmasraya – Ada yang berubah saat ini, terlihat di kaki langit Dharmasraya, Provinsi Sumbar. Bukan semata pergerakan awan nan pekat ataupun riuh pasar yang makin padat.Tapi gelombang tak kasatmata yang kini menyapa di setiap rumah warga yang berada di nagari terisolasi tepatnya diujung negeri yang berjuluk petrodolar itu.
Dalam 100 hari kepemimpinan Bupati Annisa Suci Ramadhani dan Wabup Leli Arni, empat menara Base Transceiver Station (BTS) telah berdiri kokoh, menjulang tinggi sebagai saksi awal dari janji keterhubungan yang mulai ditepati untuk dinikmati.
Di sebuah nagari bernama Sinamar, Kecamatan Asam Jujuhan harapan akhirnya bersuara. Tak ada lagi derap kaki menaiki bukit demi mencari sinyal dan tak ada lagi warga yang memanjat pohon.Dan tak ada pula malam-malam sunyi dari pesan keluarga. Kini, sinyal hadir tak lagi lewat langit, tapi lewat kerja keras yang menapak bumi pertiwi.
“Dulu kami naik bukit hanya untuk bilang ‘halo’. Sekarang cukup dari beranda rumah saja,” ujar Dedi Irawan, Wali Nagari Sinamar yang penuh rasa syukur.
Menara-Menara yang Membelah Sunyi Tanpa Ada Yang Menemani
Empat dari delapan menara yang diusulkan kini telah rampung, menjawab asa dari nagari-nagari yang sekian lama tertinggal di ruang sunyi digital. Salah satunya telah aktif di Nagari Sinamar.Sementara yang lainnya seperti Banai dan Koto Nan IV Dibawuah tengah mengejar waktu. Dan Nagari Tanjung Alam yang baru ditambahkan dalam batch pertama akan segera menyusul.
Bupati Annisa Suci Ramadhani, dengan diplomasi senyap tapi mantap, menggandeng Telkomsel dan Mitratel lewat jembatan politik yang dibangun bersama Andre Rosiade, Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra. Hasilnya, sinyal bukan lagi cerita tentang kota, tapi kini juga tentang Nagari – Nagari terpencil di pengujung dharmasraya yang dulu seperti tak terpetakan.
“Alhamdulillah, separuh dari target kita sudah berdiri. Sisanya? Akan kami perjuangkan hingga tuntas,” ujar Srikandi muda pilihan rakyat itu dengan penuh semangat.
Dari Sinyal Jadi Keadilan Digital Menuju ” Dharmasraya Merata Sejahtera”
Namun BTS bukan hanya menara sinyal, tapi merupakan salah satu infrastruktur keadilan. Ia adalah jembatan bagi anak-anak untuk ikut kelas daring, alat komunikasi warga kala darurat, dan bahkan ladang tumbuhnya ekonomi digital masa kini yang selama ini terhalang tiadanya koneksi.
“Ini bukan cuma tentang talipon, tapi soal pelayanan publik, soal kesetaraan hak digital bagi semua nagari,” ucap Bobby P Riza, Plt Kepala Dinas Kominfo Dharmasraya yang juga sedang menjabat sebagai kadis pendidikan ranah cati nan tigo itu.
Syukuran dari Bukit yang Tak Lagi Dinaiki,Pohon Tak Ada lagi Di Panjat Mencari Sinyal.
Di Sinamar, warga bersiap menggelar syukuran. Bukan karena panen raya atau pesta adat, melainkan untuk merayakan hadirnya sesuatu yang selama ini tak bisa disentuh yakni jaringan. Dan di sanalah Bupati Annisa akan diundang, bukan sebagai tamu, tapi sebagai bagian dari perjuangan kolektif warga yang akhirnya dapat terjawab.
Narasi Baru di Pinggir Negeri Membuka Hati Yang Sedang Sunyi
Pembangunan BTS ini bukan sekadar angka di laporan 100 hari kerja. Ia adalah narasi baru yang ditulis dari pinggir negeri. Sebuah narasi yang menunjukkan bahwa ketika pemimpin berjalan bersama rakyat, bahkan sinyal pun bisa menembus sunyi malam.
Satu persatu, menara itu bangkit. Dari tanah yang dulunya diam seribu bahasa, kini mengalir komunikasi canggih terkoneksi harus. Dari pengakuan bahwa setiap sudut Dharmasraya berhak untuk terhubung untuk menikmati kecanggihan era teknologi digital yang saat ini menjadi alat kebutuhan insan untuk berinteraksi*
Discussion about this post