Cuplikan informasi hasil peliputan pewarta berita di media ini, ternyata mendapat syafaat di hati masyarakat. Tak heran jika sekelebat laporan dari pewarta media ini viral dan ramai dikunjungi tentang kondisi Nenek Manih
PARIAMAN, REPINVESCOM
Ridwan, pria muda yang menjajaki usia berkepala empat itu tetiba saja menghubungi media pada Kamis (8/3/2018). Ritme nadanya berbicara menandai keelokan, dapat ditafsirkan salah satu kelebihan dari bapak lima anak ini, adalah empati kepedulian yang tinggi terhadap sesama.
Tak hanya itu. Selain ritme suara yang berbudi tersebut, juga terpatri keteduhan dari raut muka yang asri. Ya… Katanya, dia ingin sekali menyantuni Andam Dewi alias Nenek Manih (96) yang baru dia ketahui Kamis, setelah membaca laporan pewarta media ini menanggapi nelangsa kehidupan Nenek Manih yang jauh dari kelaziman, menapaki usianya sekarang.
Ridwan menyambangi kediaman Nenek Manih didampingi Azwar Anas serta beberapa rekan lainnya, sembari membawa setungkus nasi yang dibeli dari sebuah rumah makan, selepas Jumatan (9/3/2018). Setungkus nasi yang dibeli itu merupakan simbol atas rasa kekhawatiran yang bercampur aduk dengan rasa keprihatinan dari seorang Ridwan serta rekan.
“Takut Nenek Manih belum makan. Kita bawakan nasi dengan lauknya. Atau buat bekal Nenek Manih untuk makan selanjutnya,” sebutnya mendekati kediaman Andam Dewi di Dusun Kajai, Desa Koto Marapak, Pariaman Selatan.
Sebetulnya, lama sudah wanita renta ini merasakan ketir kehidupan. Hal itu tampak jelas dari keriput wajahnya yang kumal tak terurus. Pandangannya yang nanar serta pendengarannya yang tak lagi maksimal, memperparah keadaan.
Namun ada beberapa perkara yang menjadi alasannya memotivasi kehidupan, pertama: istana reot berukuran 8 x 7 meter yang dia bangun mahal dengan cucuran keringatnya sendiri, dan ke dua: kasih sayang yang tercurah dia limpahkan kepada anak lelaki semata wayang, Herman. Kendati kehidupan perekonomian Herman tak banyak diharapkan membantu.
“Ndak, ndak, ndak..,” jawab Manih nyinyir menanggapi sebuah solusi yang seyogianya bernilai kebaikan. “Itu supaya Amak bisa enak, apa-apanya ada yang ngurusin, tak perlu repot yang sekarang kalau pengen apa-apa sering sendiri. Dan biar ada yang mengawasi tiap hari,” sambar solusi yang ditawarkan Anas yang berniat membantu Nenek Manih. Setidaknya alasan Anas tadinya berharap solusi yang dia berikan itu dapat diterima Andam.
“Tujuannya paling tidak mengurangi beban penderitaan Nenek jika Nenek bersedia tinggal dipemondokan atau panti jompo. Tanpa harus dihantui rasa kekhawatiran yang saban hari juga dirasakan oleh warga sekitar,” lanjut Anas membujuk si nenek yang harusnya seusia itu (96 tahun) menikmati ketenangan hidup. “Ndak!! Saya punya rumah. Ini rumah saya, nanti yang menghuni rumah saya siapa? Rumah yang saya bangun dari jerih payah saya dulu ketika masih bertenaga, rumah ini banyak menyimpan cerita, saya ndak ingin meninggalkan rumah ini, nanti Herman ke sini cari siapa?” lirih si nenek ketir.
Kedatangan Ridwan dan rekan-rekan ke Dusun Kajai, Koto Marapak ternyata disambut antusias warga. Gerombolan warga yang mayoritas ibuk-ibuk mendatangi Ridwan yang kala itu tengah asik mencurahkan perhatian kepada sang nenek. Hingga sang nenek pun tidak menyangka jikalau orang yang sedang berhadapan dengannya itu adalah M. Ridwan calon Wakil Walikota Pariaman dari Paslon MARI. “Terima kasih Nak Ridwan sudah mau berkunjung melihat keadaan Nenek,” celetuk sang nenek ikutan shock ketika mendengar bahwa yang sedang berbicara denganya itu adalah M. Ridwan.
Kedatangan Ridwan kiranya mendapat perhatian khusus dari warga, kehadiran Ridwan yang bukan merupakan bagian dari agenda politik itu, ternyata disertai dengan aksi dukungan secara spontanitas yang berasal dari segerombolan warga yang notabene adalah ibuk-ibuk tadi. “Kami penduduk di sini murni mendukung Ridwan,” ujar salah seorang ibuk-ibuk tiba-tiba nyeletuk menyambut salam dari Ridwan.
Discussion about this post