Muara Dua — Diduga oknum guru SMP 02 Muara Dua yang terletak di Desa Pendagan Kota Muara Dua ini tidak patut dicontoh. Idealnya fungsi guru sebagai pendidik yang tugasnya mengajar, mendidik, dan melatih peserta didik dengan tujuan agar peserta didik tersebut dapat memiliki pengetahuan, keterampilan, akhlak yang mulia dan dapat berpikir secara cerdas.
Namun tidak tercermin pada sosok pengajar bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 02 Muara Dua ini. Tidak hanya sebagai pendidik untuk menciptakan prestasi akademik, namun seorang guru juga dituntut bijak dalam menyelesaikan permasalahan hubungan antar siswa.
Dalam perannya seorang guru dalam lingkungan pendidikan di sekolah dituntut mampu mengaplikasikan dan menjaga hubungan emosional peserta didik baik mental maupun karakteristik peserta didik. Setidaknya menciptakan ketentraman dan kenyamanan kondusifitas dalam proses belajar
mengajar.
Dugaan perundungan yang terjadi antara siswa kelas 9 Warga Pendagan ini telah menarik perhatian khalayak ramai. Sebut saya Bunga (nama samaran) yang mendapatkan perlakuan yang tidak layak dari dua rekan seangkatannya D dan P, saat permasalahan perundungan ini terjadi beberapa hari lalu.
Sangat disayangkan perundungan atas Bunga yang dilakukannya oleh 2 orang pelaku (D dan P) itu justru diduga ditenggarai oknum guru saat kegiatan
jam belajar mengajar di sekolah.
Diceritakan oleh Yanti, ibu rumah tangga yang awak media temui di lokasi sekolah, setempat menjelaskan bahwa Bunga mendapatkan perlakuan yang tidak layak.
Berawal dari status di aplikasi WA milik Bunga yang menuliskan kata-kata yang tidak mengenakkan, namun dalam status tersebut tidak menunjuk nama maupun inisial. Akibat dari status WA Bunga, kedua rekannya itu merasa bahwa yang diposting Bunga mengarah kepada salah satu pelaku.
Alhasil, Bunga dipanggil guru Y ke ruangannya berikut dua rekan sejawatnya yang merasa terfitnah atas tulisan status di WA milik Bunga.
Dalam keterangan Yanti pihak keluarga Bunga, bahwa guru Y yang juga menjabat sebagai Wakil Kurikulum SMPN 02 Muara Dua menyuruh kedua rekan tadi mengeroyok Bunga dengan menampar pipi Bunga.
Peristiwa itu terjadi dan disaksikan langsung oleh guru Y yang berprofesi sebagai tim pengajar bidang studi IPS. “Aku tadi berhadapan dengan ibu guru itu tadi (menemui ibu guru Y) ngomongkan nanyo jiku (mau menanyakan), mak mano buk Ngapo sangkan melati ni jiku ditabok oleh D samo P, tanpa sepengetahuan kami, sangkan pacak (kalo bisa) diselesaikan secara bagus, pacak dipanggil wong tuonyo samo samo, jangan main tabok tabok bae kan, budaknyo kan lah gadis gek dio maluan (nanti Bunga malu) dio kan lah gadis, guru Y juga ikut memukul Bunga,“ terang Yanti menjelaskan kronologi pemukulan terhadap Bunga itu berlangsung.
Senada dengan pengakuan D rekan yang menjadi lawan Bunga, dalam keterangannya D membenarkan bahwa guru Y telah memerintahkan untuk memukul Bunga. Sewaktu dipertemukan oleh guru Y di sekolahan SMPN 02 Muara Dua.
“Tamparlah, kau lah saro ngak Bunga tu ujinyo (katanya), yo kutampar,“ jelas D menjelaskan kronologi keributan di saat dipertemukan dengan Bunga oleh guru Y.
“Bawalah keluarga kau yang nyenyek tu ndak takut dak aku ni,“ tambah D menceritakan tantangan guru Y pada keluarga Bunga.
Ditemui di sekolahannya, Kepala Sekolah SMPN 02 Muara Dua, Ali Hanafiah, S.Ag, MM yang sempat meminta media untuk tidak mengadakan peliputan.
Dari keterangan awal, Ali sempat membantah bahwa masalah ini terjadi di lingkungan sekolahan. Namun setelah awak media menunjukan bukti keterangan dari narasumber, Ali tak dapat mengelak bahwa pengakuan pemukulan yang terjadi tersebut diprakarsai oleh guru Y bawahan Ali.
“Itu terjadi di luar sekolahan dan keributan itu dibawa ke sekolah,” tuturnya Ali sembari meminta untuk tidak ada peliputan oleh awak media.
Beberapa jurnalis dari berbagai media mencoba mengkonfirmasi kebenaran informasi yang dihimpun kepada guru Y, yang dalam pengakuan pelaku tersebut disuruh oleh guru Y agar D memukul Bunga.
Namun hingga berita ini dirilis, belum ada titik temu penyelesaian bullying terhadap Bunga, dan informasi di lapangan yang dapat dipercaya menyebutkan bahwa salah satu pihak melaporkan kejadian tersebut ke kepolisian Polres Oku Selatan atas sikap dan arogansi guru Y sebagai ASN tenaga pendidik di Oku Selatan di bawah Dinas Pendidikan Pemkab Oku Selatan Sumatera Selatan. (SRY/tim)
Discussion about this post