Bukittinggi – Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) menggelar sosialisasi Pemberdayaan Perempuan dan Peduli Anak di Kelurahan Belakang Balok pada Senin (21/08).
Turut hadir dalam acara tersebut, Camat se-kota Bukittinggi atau yang mewakili, Lurah atau yang mewakili, aktivis Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) se-kota Bukittinggi.
Dalam wawancara bersama awak media Indonesiasatu.co.id, Kabid Pemenuhan Hak Anak DP3AP2KB Enceria Damanik, M.Ed, Ph.D memaparkan bahwa, sosialisasi ini sebenarnya adalah mengajak kita semua terutama warga yang berkecimpung dalam pembangunan desa ataupun kelurahan, supaya hak hak anak ini tidak dipandang hanya sebagai objek pembangunan.
“Tetapi karena mereka (perempuan dan anak) jumlahnya sangat besar sekitar 50% atau setengah dari penduduk, dan anak itu sepertiga dari penduduk mereka harus berperan aktif dalam pembangunan, sekurang-kurangnya dalam tingkah laku dan menyampaikan aspirasi dan perasaan mereka, sehingga mereka tidak hanya menerima apa pembangunan itu tetapi mereka ikut menyuarakan,” terang Ence.
Ia menambahkan, ada 10 indikator yang dikatakan sebagai kelurahan atau desa ramah anak, salah satu nya adalah melalui pengorganisasian.
“Jadi memang organisasi ini harus kita galakkan sehingga dengan organisasi ini kita bisa memantau dan bisa memberikan apa kekurangan kekurangan dari perempuan contoh, ada suatu organisasi mengadakan wirid Yasin, kita berharap wirid ini tidak hanya memikirkan mereka saja tetapi mereka juga memikirkan apa kekurangan dan apa yang terjadi, dan mereka menyampaikan kepada kelurahan,” katanya.
Ia menambahkan, dengan adanya Aspirasi mereka dana dana Kelurahan ini ataupun program kegiatan kelurahan nanti akan lebih tepat guna dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
“Kita berharap bagaimana dalam setiap item Pembangunan mereka berfikir kedepan apa efeknya terhadap perempuan dan anak, apalagi yang bisa kita perbuat, sehingga memang perempuan ini lebih berdaya,” imbuh Ence.
Ditambahkannya, kita tidak munafik bahwa perempuan itu di Indonesia bias gender itu masih kental, sehingga membuat mereka kurang optimal dalam berperan dalam pembangunan. Bagaimana kita harus sensitif akan permasalahan dan kebutuhan perempuan dan anak. (LindaFang)
Discussion about this post