PAINAN – Untuk menurunkan angka kematian terhadap ibu dan bayi, Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan melalui Dinas Kesehatan sosialisasikan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin (Kespro Catin).
Sosialisasi itu lebih ditujukan kepada tenaga medis seperti bidan desa, petugas Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan, serta para pemangku kepentingan baik di tingkat kecamatan dan nagari.
Kepala Dinas Kesehatan Pessel, Syahrizal Antoni, mengatakan Senin (8/8) bahwa sosialisasi Kespro Catin itu juga dilakukan jajarannya di semua kecamatan melalui petugas Puskesmas.
“Karena pemahaman dan pengetahuan pemangku kepentingan di tingkat kecamatan dan nagari sangat berpengaruh terhadap penurunan angka kematian ibu dan bayi melalui Kespro Catin ini, maka selain bidan desa, peserta sosialisasi itu juga diikuti oleh camat bersama anggota Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika), dan para wali nagari,” katanya.
Dia menambahkan bahwa di lapangan, sosialisasi Kespro Catin tersebut selain kepada pasangan Catin, juga ditujukan kepada petugas kesehatan maupun petugas KUA.
“Ini kita lakukan karena dua komponen dari dua instansi itu sangat penting untuk memahaminya karena mereka merupakan garda terdepan yang akan menjelaskan pentingnya kesehatan kepada calon pengantin,” ujarnya.
Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Keluarga dan Gizi, Ratih Pramutri, ketika dihubungi menjelaskan bahwa Sosialisasi Kespro Catin tersebut dilakukannya secara berkelanjutan pada semua kecamatan di daerah itu.
Dijelaskannya, tujuan dari sosialiasi Kespro Catin tersebut untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan, agar bisa bekerja sama dan bersinergitas dengan Kantor Urusan Agama.
“Diharapkan kepada pihak-pihak terkait bisa memberikan layanan terbaik kepada calon pengantin. Tentunya setelah mengikuti sosialisasi Kespro Catin tersebut,” harapnya.
Sejauh ini katanya, kesehatan reproduksi masih menjadi persoalan yang dihadapi. Seperti masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Berbagai cara telah dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, namun hasilnya belum sesuai dengan apa yang diharapkan.
“Dengan konsep paradigma sehat, maka upaya percepatan penurunan AKI dan AKB bisa dilaksanakan. Seperti pada masa sebelum hamil/prakonsepsi dengan menitik beratkan pada upaya promotif dan preventif,” ungkapnya.
Maka dari itu, pemberian Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang kesehatan reproduksi kepada calon pengantin sangat penting.
“Berdasarkan hal itu maka dalam melaksanakan peran tersebut, penyuluhan kesehatan dan penyuluh pernikahan perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik dan sama tentang kesehatan reproduksi,” harapnya.
seperti diketahui, mengingat jelang pernikahan, banyak calon pengantin yang tidak mempunyai cukup pengetahuan dan informasi tentang kesehatan reproduksi dalam keluarga. Akibatnya, setelah menikah, kehamilan sering tidak direncanakan dengan baik serta tidak didukung oleh status kesehatan yang optimal.
“Ini tentu saja dapat menimbulkan dampak negatif seperti adanya resiko penularan penyakit, komplikasi kehamilan, kecacatan, bahkan kematian ibu dan bayi sebagaimana saya jelaskan tadi,” tutupnya. (Robi)
Discussion about this post