Bukittinggi — Keanekaragaman bahan dan olahan pangan, perlu didorong percepatannya melalui berbagai upaya baik dari hulu sampai ke hilir.
Oleh Pemko Bukittinggi dari hilirnya dilakukan melalui strategi meliputi pengembangan pengolahan pangan lokal berbasis industri rumah tangga, serta kampanye atau gerakan sosialisasi dan promosi untuk merubah ‘mindset’ masyarakat dalam pola konsumsi pangan.
Karena itulah Pemerintah Kota Bukittinggi melalui Dinas Pertanian dan Pangan mensosialisasikan penerapan pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman yang diaplikasikan pada Lomba Cipta Menu Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) serta lomba Pengolahan Pangan Lokal (non beras dan non terigu), bakal digelar pada tanggal 14 Desember 2022.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan
melalui Sekretarisnya Abdul Halim, SPi, MSi menjelaskan, untuk menyamakan persepsi pelaksanaan lomba diadakan sosialisasi dengan menghadirkan Ibu-ibu Hebat Kota Bukittinggi.
Hadir di sosialisasi ini perwakilan Kelompok UP3HP, Kelompok Wanita Tani, perwakilan 24 Kelurahan, perwakilan TPKK kelurahan, TP PKK Kecamatan, dan Penyuluh Pertanian di Aula Badan Keuangan Belakang Balok Jumat kemaren lalu.
Ketua TP-PKK Kota Bukittinggi melalui Ketua Pokja 3 TP-PKK Yetty Asra, SP, MM mengakui untuk lomba B2SA, Kota Bukittinggi belum pernah menang di tingkat Propinsi.
Beranjak dari pelajaran, kesalahan dan kekurangan yang telah dirangkum, ia berharap untuk mampu bersaing di tingkat Provinsi dan Nasional.
Tidak lupa disampaikan salam sayang dari Ibu Walikota kepada ibu-ibu Hebat Kota Bukittinggi, semoga kita menjadi terbaik dari yang baik.
Dewi Utami, SPd selaku narasumber menjelaskan kriteria yang dinilai dalam Lomba B2SA yaitu Penilaian Resep (20%). Dengan memperhatikan kebutuhan gizi masing2 keluarga, susunan menu, jumlah porsi 1 (satu) hari 4 (empat) anggota keluarga, kandungan gizi (energi, protein, lemak) da perkiraan anggaran biaya.
Berikutnya penilaian pada saat display sebesar (80%) meliputi keseimbangan porsi (10%), keanekaragaman antara kelompok pangan (20%), penggunaan pangan fungsional yang dapat meningkatkan gizi keluarga untuk mencegah stunting (10%), cita rasa (35%), kreativitas pengolahan dan Penyajian (25%).
Menu digarnis secantik mungkin, ukuran harus seimbang karena semua yang ditampilkan dihitung nilai gizinya, harus seimbang sesuai anggota keluarga yang mengkonsumsi, harus beragam jenis, menggunakan piring berwarna putih.
Dalam olahan harus ada vitamin wajib ada nabati (kacang-kacangan), inovasi terbaru, harga irit, teknik pengolahan cepat yang terdiri dari sarapan, makan siang, makan malam.
Selanjutnya untuk pengolahan pangan Lokal non beras dan non terigu berbahan dasar pisang, peserta dibebaskan berkreasi dengan memunculkan olahan pangan kreasi baru, mudah membuatnya, tampilan menarik dan enak. (Pon)
Discussion about this post