Padang Pariaman – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman, Yutiardi Riva’i, mengapresiasi Wali Nagari Lareh Nan Panjang Selatan Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto, Zainal, atas semangatnya agar di nagari diberikan sosialisasi tentang stunting.
Hal itu diungkapkan Yutiardi dalam bincang-bincang di ruang kerjanya, Selasa (7/72020) di dampingi Kabid Kesmas Nurhayati.
Disampaikan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada tubuh dan otak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.
“Jadi penyakit stunting, sangat membahayakan untuk tumbuh kembang anak, supaya anak tidak terjangkit akan penyakit stunting, perlu sejak dini diberikan penyuluhan kepada masyarakat, terutama ibu hamil, karena stunting bisa bawaan sejak dari dalam kandungan, akibat kekurangan gizi,” ujar Yutiardi dengan nada serius.
Menurut Yutiardi, penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga periode awal kehidupan anak (1000 hari setelah lahir). Beberapa faktor yang mengakibatkan kekurangan gizi kronis, antara lain: Faktor gizi buruk yang dialami ibu hamil dan anak balita.
“Kini Pemerintah Padang Pariaman, sedang gencar-gencarnya melakukan sosialisasi kepada masyarakat, dan Alhamdulillah, Padang Pariaman, sudah diberikan penghargaan oleh pusat dalam penanganan stunting ini,” tukuk Yutiardi yang diamini Nurhayati.
Jadi untuk Kabupaten Padang Pariaman, ucap Yutriadi, wali nagari yang punya inisiatif dan memohon agar di nagarinya diberikan sosialisasi stunting, adalah Wali Nagari Lareh Nan Panjang Selatan, “Kita mengacungkan jempol semangat wali nagari untuk masyarakatnya.”
Beberapa nagari lain di Kabupaten Padang Pariaman, seperti nagari di Kecamatan Ulakan Tapakis, Nagari Sehat III Koto Aur Malintang Selatan.
“Dan Wali Nagari Lareh Nan Panjang Selatan Kecamatan VII Koto dia meminta Dinkes untuk sosialisasi dan Pendampingan Tim Rumah Desa Sehat (RDS) sebelum diadakan rembuk stunting,” tukas Kasi Kesmas Nurhayati yang akrab disapa dengan Mila.
Ditambahkan Mila, beberapa gejala stunting yang bisa diidentifikasi. Pertma, tubuh pendek di bawah rata-rata karena pertumbuhan melambat. Setelah itu, Pertumbuhan gigi terlambat. Disamping itu, buruknya kemampuan fokus dan mengingat pelajaran. Selain itu, Pubertas yang terlambat. Terakhir, Anak menjadi lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang di sekitarnya (biasanya pada anak usia 8-10 tahun).
Stunting dapat memberikan dampak buruk pada anak, baik dalam bentuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak jangka pendek stunting adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pada pertumbuhan fisiknya, serta gangguan metabolisme.
Sedangkan, dampak jangka panjang stunting yang tidak segera ditangani adalah penurunan kemampuan kognitif otak, kekebalan tubuh melemah sehingga mudah sakit, dan memiliki risiko tinggi terkena penyakit metabolik, seperti kegemukan, penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah.
Cara mendeteksi stunting pada anak. Stunting dapat dideteksi melalui pusat pelayanan kesehatan, seperti puskesmas atau rumah sakit, dengan menggunakan pengukuran standar baku WHO-MGRS (Multicenter Growth References Study), Z-score, dan Denver-milestones.
Cara mencegah stunting pada anak. Stunting pada anak dapat dicegah melalui beberapa cara penting, seperti: Pola makan. Istilahnya, ‘Isi Piringku’ dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi sayur dan buah, sementara setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (nabati atau hewani) dengan porsi yang lebih banyak dibandingkan karbohidrat.
Kemudian, pola asuh stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam memberi makan bayi dan balita.
Untuk mencegah stunting, pola asuh yang baik dapat diterapkan mulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja, hingga para calon ibu untuk memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil. Sanitasi dan akses air bersih. Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, akses sanitasi, dan air bersih, memiliki peran dalam pembentukan stunting. Selain itu, kebiasaan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir perlu diterapkan untuk menjaga tubuh dari berbagai faktor penyebab stunting. (aa)
Discussion about this post