Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2020 telah usai. Walau hasil penghitungan oleh KPU masih berjalan, namun hasilya sudah diketahui, termasuk untuk Kota Bukitttinggi.
Semula banyak pihak memprediksikan satu diantara dua petahana, yakni Ramlan Nurmatias, yang kali ini berpasangan dengan Syahrizal untuk mampu meneruskan kepemimpinannya setelah “pacah kongsi” bersama wakilnya Irwandi, juga maju berpasangan dengan David Khalid.
Prediksi atau ramalan siapa yang menang atau kalah akan selalu muncul dalam setiap kontestasi politik, sama halnya dengan ramalan sebagian lain akan terulangnya peristiwa Pilkada tahun 2015 silam yang kini terjadi lagi. Akibat pecah kongsi antara Ismet Amzis dengan Harma Zaldi, keduanya sama-sama bertarung pada Pilkada itu.
Sama persis, karena kata orang sejarah akan sering berulang. Ramlan yang sebelumnya “menantang” dua petahana tahun 2015, kini justru berada pada posisi Ismet Amzis sebelumnya, bersama Irwandi ia juga dikalahkan pendatang baru, pasangan Erman Safar-Marfendi, agak beda dengan Ramlan, waktu itu maju untuk kedua kalinya. Yang sama hanya dengan Marfendi juga maju kembali sama posisi sebagai calon Wakil Walikota.
Kedigjayaan dan rasa “PD” tinggi Ramlan, untuk kembali dapat meneruskan kepemimpinannya untuk kedua kalinya, ternyata dipatahkan oleh Erman Safar, di usia jauh lebih muda baru 36 tahun dibandingkan dengan Ramlan lima tahun lalu, yang sudah kepala “5”.
Selain terjadinya pengulangan sejarah Pilkada di Kota Bukittinggi pada dua kali kegiatan terakhir, yang cukup menarik juga untuk disimak bagaimana perjuangan Erman Safar pengusaha muda yang menamatkan pendidikannya sampai SMA di Bukitttinggi, bersama Marfendi yang akrab dipanggil Buya ini, berkunjung dari rumah ke rumah untuk melihat kondisi riil masyarakat Bukittinggi secara langsung.
Bukan hanya sekedar kunjungan kebeberapa rumah, namun menurut Erman Safar, saat mengumumkan hasil Real Count, Jumat sore kemaren, namun menjelang berakhirnya masa kampanye Pilkada, yang berhasil disambangi pemenang kontestasi politik tahun ini mencapai lebih dari 17 ribu rumah tangga.
Kunjungan ini dilakukan sehabis shalat subuh. Dengan penampilan religius di saat warga juga belum “berkerut” keningnya oleh persoalan hidup yang harus dihadapi, menjadikan pertemuan sebagai wujud “hablumminnash” tersebut sebagai perekat hubungan secara bathin dan sosial antara anak manusia yang secara ekonomis mungkin berbeda sangat jauh .
Dan bukan pula sekedar menyampaikan visi dan misi, Erman dan Marfendi ingin melihat bagaimana kondisi rakyat yang bakal dipimpinnya. Ternyata tokoh ini ingin melihat langsung dan menemukan masih banyak keluarga yang tinggal hanya dalam satu kamar dengan fasilitas jauh dari memadai. Kondisi yang bakal menjadi bagian program kerja kepemimpinannya untuk dapat ditanggulangi.
Kegiatan yang nyaris tidak pernah dilakukan oleh peserta kontestasi politik ini ternyata menjadi senjata ampuh untuk mengetuk hati warga untuk memberikan kepercayaan kepada pasangan ini, terlepas dari peranan mesin politik pendukung berkekuatan 52 persen suara di DPRD Bukittinggi.
Apalagi, bagi warga Bukittinggi yang masih terhitung sebagai kota religius, selama ini tidak banyak calon pemimpin yang mampu memperlihatkan dirinya sebagai penganut agama yang kuat dan memprioritaskan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas akhlak, apa yang direncanakan dan dilakukan oleh Erman Safar dan Marfendi, menjadi penghilang dahaga terhadap keinginan untuk mendapat pemimpin yang lebih agamis, seperti duet dan kolaborasi dari pemenang Pilkada kali ini. Semoga..
Discussion about this post