Padang — Solok Selatan menjadi salah satu kabupaten/kota dengan angka stunting terendah di Provinsi Sumatera Barat.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, angka stunting di Solok Selatan hanya 14,7 persen, bahkan data Posyandu September 2023 menunjukkan angka 10,2 persen, salah satu yang terendah di Sumbar.
“Kami tidak ingin puas dengan capaian ini. Fokus kami menjaga tren positif dan mencegah munculnya kasus baru,” ujar Wakil Bupati Solok Selatan, Yulian Efi, saat menghadiri Rapat Koordinasi Regional dan Advokasi Pencegahan Stunting 2025 yang digelar oleh Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) RI, Rabu (9/10/2025) di Kota Padang.
Forum tersebut mempertemukan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota se-Sumatera Barat untuk menyatukan langkah menuju Indonesia Emas 2045, dengan fokus mempercepat penurunan stunting secara berkelanjutan.
Yulian Efi menambahkan kendati angka stunting rendah namun Pemerintah Kabupaten Solok Selatan tetap berkomitmen turut melakukan percepatan penurunan angka stunting.
Capaian Solok Selatan itu merupakan hasil kolaborasi aktif antara TPPS, Bappeda, Dinas Kesehatan, PKK, dan pemerintah nagari yang memastikan program penurunan stunting berjalan hingga ke tingkat keluarga.
Dalam forum yang sama, seluruh kepala daerah di Sumatera Barat menandatangani Komitmen Bersama percepatan penurunan stunting.
Gubernur Mahyeldi menekankan pendekatan “by name, by address, by case, by intervention” agar program lebih tepat sasaran dan berdampak nyata.
“Stunting bukan sekadar persoalan gizi, tapi tantangan peradaban yang harus kita jawab bersama,” tegasnya.
Berdasarkan data Setwapres RI, angka stunting nasional turun dari 37,2 persen (2013) menjadi 19,8 persen (2024), dengan target 14,2 persen (2029) dan 5 persen (2045).
Sementara di Sumatera Barat, prevalensi stunting menurun dari 29,9 persen (2018) menjadi 24,9 persen (2024).
Namun dalam tiga tahun terakhir, penurunan cenderung stagnan sehingga dibutuhkan strategi baru dan sinergi lintas sektor. (Joko)
Discussion about this post