Pariaman — Lika-liku perjalanan KONI Pariaman untuk berbenah menjadi lebih baik, belakangan tengah disorot lantaran “tangan dingin” Edison TRD. Sebagai ketua KONI Pariaman, dalam memenej eksistensi atlet atlet agar meningkatkan prestasi di tiap cabor, dirinya tidak main-main dan menerapkan perhatian khusus demi masa depan atlet.
Sejauh ini, berbekal pengalamannya di banyak organisasi Edi melihat, ada kebijakan tertentu di internal KONI Pariaman yang harus diubah. Tujuannya, selain tertib keuangan dan administrasi, hal yang paling perlu diperhatikan ialah penekanan untuk peningkatan kualitas atlet.
Ihwal itu sudah dibuktikan mantan anggota DPRD Kota Pariaman ini pada tahun lalu. Sebab tidak adanya alokasi anggaran KONI di tahun 2021, tak jadi penghalang bagi dirinya untuk memajukan olahraga di kota sala lauak ini. Buktinya banyak cabor yang tetap eksis dengan kegiatan kegiatannya kendati didera nol anggaran.
“Jadi mindsetnya yang diubah, kedisiplinannya. Dari pola kepemimpinan lama yang seakan jadi tradisi. Tujuannya agar bagaimana atlet itu tetap bisa mengukir prestasi di cabornya. Seperti sekarang kita lebih intens lagi, kita lakukan pendataan pada atlit, pelatih, tempat latihan dan kesiapannya sebelum tampil di kejuaraan,” terang Ketua Peradin Sumbar ini, Rabu (23/3).
Dia menjelaskan tidak akan menyia-nyiakan bibit bibit atlet jika itu menyangkut nama besar daerah. Namun ia mengakui perihal itu tak lepas dari protes dari beberapa pengurus terkait tradisi masa lalu, tidak sesuai dengan mindset yang diterapkannya sekarang.
“Sebetulnya KONI selalu terbuka menyangkut biaya atlet yang akan berlaga. Karena kita itu ada 41 cabor, jadi untuk memenuhi kebutuhan masing masing cabor itu ada tim verifikasi kegiatan namanya, untuk menentukan biaya yang akan diperbantukan. Ini yang akan kita menej supaya ketika cabor ada kegiatan, KONI bisa hadir di sana menyediakan kebutuhan anggaran yang akan diperbantukan,” ulas ipar mantan Mentri ESDM Archandra Tahar ini.
KONI, katanya melanjutkan, sifatnya adalah menyampaikan, menyarankan, pembinaan dan perbantuan pembiayaan atlet. “Apabila ada atlet atau cabor yang diundang kegiatan ke luar daerah sebagai peserta atau undangan, kita akan bantu pembiayaannya sesuai dengan budget yang diusulkan ke kita, nanti kita sesuaikan dengan kebutuhannya. Namun apabila kegiatan itu dihelat dalam daerah, KONI wajib membantu membiayai,” jelasnya.
Edi menekankan dirinya selaku ketua KONI tidak akan mencampuri urusan yang bukan menjadi ranahnya. Sebab katanya, tugasnya hanyalah sebatas merencanakan, memutuskan dan mengambil kebijakan. Sedangkan urusan administrasi katanya, berada di tangan sekretaris. Demikian juga dengan masalah keuangan yang berada dalam wewenang bendahara.
“Semua sudah ada kapling kaplingnya. Semua itu dilakukan agar kita bisa tertib administrasi dan terhindar dari pemborosan anggaran. Sebab kita punya 41 cabor meski hibah kita terima 1,5 miliar tahun ini. Semua itu tujuannya untuk peningkatan mutu dan prestasi atlet serta terikat dengan sistem,” pungkasnya lagi.
Terakhir terkait sistem, dia pun menerangkan untuk penggunaan dana yang ada, KONI Pariaman menerapkan sistem akademik. Dana hibah yang diterima tidak serta merta tertonggok di rekening KONI seutuhnya. “Kita memakai sistem termeyn, yaitu 30, 40 dan 30 per caturwulan. Apabila termeyn pertama tidak habis, termeyn kedua tidak bisa dicairkan. Begitu seterusnya. Apalagi sekarang kita sedang dalam masa persiapan untuk hadapi Porprov yang akan dihelat awal Maret 2023 ini. Tentu banyak kebutuhan cabor, ditambah dengan kegiatan per masing masing cabor yang berjumlah 41 itu untuk kegiatan luar daerah maupun dalam daerah pasti memakan biaya besar. Makanya kita menej sedemikian rupa,” tangkas mantan ketua salah satu parpol ini mengakhiri. (Idm)
Discussion about this post