Pariaman — Malang nian nasib Nabila Sandi, bocah perempuan berparas cantik (14) dan berprestasi, yang sekarang duduk di bangku kelas 3 SMPN 7 Pariaman, terpaksa harus menahan uraian airmata akibat tumor otak dan kelebihan cairan di kepala yang dia derita sejak 6 tahun silam.
Nabila tergolong anak yang ceria dan cerdas. Rasa sakit yang dideritanya itu tidak ingin dia bebankan kepada orangtuanya terlalu berlebihan.
Buktinya di balik kesusahan ekonomi keluarganya, penyakit Nabila yang kerap kali kambuh itu, dia tetap menampilkan keceriaannya di depan awak media dan komunitas Aspila yang datang menjenguknya Jumat (13/11), di kediaman rumah neneknya Desa Balai Naras.
Ya, sekarang Nabila dan kedua orangtuanya bermukim di rumah neneknya. Candaan Nabila, anak semata wayang dari pasangan Irwan (45) dan Era (43) bersama ayah dan ibunda, seakan menjadi obat pelerai rindu untuk kesembuhan Nabila. Seolah, canda Nabila menyiratkan harapan tulus teruntuk kedua orangtuanya.
Kini berat badan Nabila hanya 28 kg. Nabila mendapat gejala tumor otak sedari kelas 4 SD. Di kelas 5 SD, Nabila diharuskan melakukan operasi pasang selang dari bagian kepala sebelah kanan sampai ke perut untuk menstabilkan kelebihan cairan yang tertumpuk di otaknya.
Sejak itulah prestasi Nabila yang bercita-cita ingin jadi jaksa itu menurun. Nabila yang kerap kali juara kelas sejak kelas 1 SD, kini harus puas di peringkat 10 besar saja.
Belum lagi usai penderitaan Nabila. Ketika duduk di kelas VII, SMPN 7 Pariaman, Nabila melakukan operasi tumor otak.
Ayah Nabila menuturkan, selang yang tertanam di kepala hingga ke perut itu harus diganti selama 5 tahun sekali. Dan itu akan berulang sampai ia berumur 25 tahun.
“Kalau sudah 5 tahun selangnya diganti. Harus dioperasi kembali. Dan itu berkelanjutan sampai Nabila berumur 25 tahun,” ungkap Irwan.
Tak jarang penyakit Nabila sering kambuh. “Jika kambuh, Nabila muntah, mual, pusing, menggigil, pingsan, bahkan lumpuh dan buta,” terangnya.
Sekarang, Nabila mulai mengalami kebutaan di mata sebelah kanan akibat penyakit tumor di otaknya. Dokter bilang, kata Irwan, Nabila bisa mengalami kelumpuhan dan kebutaan jika intensitas penyakitnya meningkat.
Penyakit serius yang diderita Nabila sekarang berawal dari gejala TB. Entah kenapa, setelah direkomendasikan makan obat paket tahunan, penyakit Nabila menjalar ke gejala tumor otak.
Kendati demikian, ada satu hal yang tidak pernah luntur dari semangatnya. Yakni semangat yang begitu tinggi untuk belajar. Walaupun dalam keadaan sakit, Nabila tidak ingin ketinggalan pelajarannya.
“Bahkan sedang sakit pun tetap mengikuti kegiatan sekolah. Sewaktu itu ujian Mid Semester, Nabila penyakitnya kambuh ketika itu. Namun dia memilih untuk tetap mengikuti ujian di kelas meskipun sudah dilarang,” haru Irwan menelan kesedihan.
Sangat disayangkan, keadaan Nabila dan keluarga terimajinalkan akibat hiruk-pikuk keadaan. Keluarga Nabila tidak pernah tersentuh bantuan pemerintah. “Pernah diusulkan ke desa. Tapi hingga kini tidak ada respon,” cetusnya.
Ayah Nabila berprofesi sebagai pedagang baju keliling. Kini pemasukan Irwan berdagang tak selancar dulu lagi. Otomatis kesulitan Nabila untuk berobat bertambah pelik semenjak pandemi Covid-19 menyerang.
Tak hanya itu kendala yang dihadapi Naila dan keluarga. Bahkan untuk dibawa ke rumah sakit saja, banyak RS yang menolak Naila karena SOP standar Covid yang diterapkan pihak RS tidak mungkin dipaksakan melihat keadaan Nabila yang tak bisa ditinggal.
“Nabila tidak bisa ditinggal sendiri. Jadi rumah sakit menolak untuk mengobati Nabila karena kami tidak mau menandatangani SOP standar Covid dari RS. Karena sebelum dirawat di RS, Nabila harus diisolasi dulu selama 2 hari tanpa mendapat penanganan medis. Sementara keadaan Nabila tidak mungkin untuk ditinggal sendiri. Sebab penyakit Nabila sering kambuh. Di rumah Nabila ditemani 24 jam oleh ibunya,” urainya.
Sekarang Nabila butuh biaya pengobatan rutin, kebutuhan gizi kesehatan Nabila seperti susu khusus cairan harus terpenuhi. Cita-cita Nabila jadi jaksa tak boleh kandas. Nabila anak yang berprestasi. Hobinya belajar. Hanya saja sejak operasi penanaman selang di kepala di kelas 5 SD, prestasi menurun dari ranking 1 jadi 10 besar.
Kini Nabila sangat berharap uluran tangan dermawan dan komunitas Aspila, serta seluruh stakehokder yang ada seperti Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Baznas dan para donatur. (Idm)
Discussion about this post