Oleh Syafri Piliang
Wartawan Muda
Dharmasraya – Bau harum nasi panas, ayam bumbu kuning, dan tumis kacang panjang menyeruak dari dapur besar di belakang SMKN 1 Koto Baru pada pagi itu, Senin (20/10/2025). Suara piring logam beradu, tawa siswa, dan seruan petugas yang memanggil satu per satu kelas membuat suasana sekolah seperti ada pesta kecil.
Namun ini bukan pesta. Ini adalah hari pertama Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Panji Dara Jingga menerapkan sistem prasmanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG), ini sesuatu yang belum pernah dilakukan di sekolah mana pun jua di Indonesia.
Biasanya, di banyak sekolah lain, makanan sudah dikemas rapi dalam omprengan dari dapur, disusun berlapis di meja panjang, lalu dibagikan satu per satu. Tapi hari itu, anak-anak datang membawa ompreng masing-masing, berbaris rapi di bawah tenda biru, menunggu giliran di depan meja prasmanan yang disusun dengan cermat.
Di setiap meja, petugas mengenakan celemek putih dan sarung tangan plastik, memegang sendok sayur besar. Mereka mengisi ompreng siswa satu per satu.Dimana nasi putih di sekat pertama, lauk ayam di sebelahnya, sayur dan buah di sisi lain, lalu sebotol kecil susu sebagai menu penutup.
“Dengan cara ini, makanan tetap segar sampai di tangan siswa. Tidak ada lagi makanan yang lembek atau berubah rasa karena terlalu lama disimpan,” ujar Panji Mursidan, Sekretaris SPPG, sambil menepuk pelan meja prasmanan yang mengilap.
Panji, yang siang itu tampak bersemangat memantau jalannya pembagian, menyebut metode prasmanan ini sebagai “terobosan kecil dengan dampak besar.” Menurutnya, cara ini bukan hanya soal efisiensi dan kebersihan, tapi juga tentang penghormatan terhadap makanan. Ingatlah satu hal bahwa gizi bukan sekadar angka di tabel, melainkan pengalaman yang membentuk kesadaran anak tentang makan sehat.
“Anak-anak belajar menghargai makanan mereka. Mereka melihat langsung prosesnya, porsi yang seimbang, dan tahu apa saja yang mereka makan,” ujarnya.
Dukungan datang silih berganti dari berbagai pihak. Badan Gizi Nasional bahkan menilai sistem ini layak dijadikan percontohan Nasional.
Sementara Bupati Dharmasraya, Annisa Suci Ramadhani, melalui Penjabat Sekda Drs. Jasman Dt. Bandaro Bendang, MM, menyebut inovasi ini sebagai wujud komitmen daerah untuk tidak hanya menjalankan program Nasional, tapi juga memperkaya dengan kearifan dan kreativitas lokal saat ini.
“Terobosan ini membuktikan Dharmasraya tidak hanya menyalurkan bantuan, tapi memberi nilai lebih. MBG bukan hanya sekadar makan siang gratis, ini berupa investasi jangka panjang untuk mencetak generasi yang sehat dan produktif,” ujar Jasman yang juga Ketua Satgas MBG ranah cati nan tigo itu.
Meski begitu, Jasman tetap mengingatkan pentingnya efisiensi waktu. “Kita perlu menyesuaikan dengan jam istirahat siswa. Barangkali nanti satu meja bisa melayani satu kelas, supaya prosesnya cepat tapi tetap tertib,” tukuknya.
Di sela antrean, seorang siswi kelas XI bernama Dinda tersenyum lebar sambil menunjukkan omprengnya. “Biasanya nasinya sudah agak kering kalau dikasih dari dapur. Sekarang masih hangat, ayamnya juga enak lagi,” katanya dengan polos.
Sementara seorang guru yang ikut membantu membagikan susu tampak terharu. “Anak-anak jadi lebih tertib, lebih menghargai makanan.Disini terlihat ada suasana kebersamaan yang tidak terasa kalau makanannya sudah dikemas dari awal,”tuturnya pelan.
Ketika jam makan berakhir, meja-meja prasmanan mulai kosong. Petugas membersihkan sisa makanan dengan hati-hati, sementara di halaman sekolah terdengar tawa anak-anak yang baru saja menikmati makan siang mereka.
Dari dapur sederhana tampak secercah gagasan besar, bahwa revolusi tidak selalu datang dari ruang rapat kementerian atau gedung tinggi di ibu kota. Kadang, ia lahir dari aroma nasi hangat dan tangan-tangan yang tulus dan ihklas ingin memberi makan anak negeri dengan cara yang lebih manusiawi.
Program MBG mungkin dirancang untuk mengenyangkan, tapi lewat tangan SPPG Panji Dara Jingga, ia juga menghidupkan nilai yakni tentang wujud dari kebersamaan, kesegaran, dan hormat pada gizi yang baik.
Lebih hangat, lebih higienis, dan lebih manusiawi.Begitu benarlah daerah yang akan meninjak 22 tahun ini. Memaknai Makan Bergizi Gratis bukan sekadar memberi makan saja, tapi menumbuhkan generasi yang sadar gizi dan mencintai kehidupan.***
Discussion about this post