Oleh Syafri Piliang
Wartawan Muda
Dharmasraya – Pekan lalu tepatnya Sabtu 30 Agustus 2025 , eksekutif dan legialatif renyah juga jadinya bak seperti kerupuk meletup, senyum menular. Suasana hangat tergambar dalam ruangan pimpinan DPRD Dharmasraya pasca polemik asistensi lokasi pembahasan anggaran perubahan 2025 beberapa Minggu lalu. Udara diruangan berpendingin pun tak kalah sejuknya bila dibandingkan dengan atmosfer pertemuan itu. Setelah sekian lama publik disuguhi dengan beragam ketegangan. Akhirnya, anggota legislator bersama Bupati dan wakil bupati bersua dalam suasana damai -sedamai hati kedua pemilik gedung nan bagonjong itu.
Beberapa Minggu terakhir, komunikasi dua lembaga itu membeku karena sebab. Perselisihan meruncing, isu silang pendapat bergulir ke ruang publik. Masyarakat pun cemas, sebab dalam sejarah politik lokal, retaknya eksekutif dan legislatif kerap bermuara pada pelayanan publik yang tersendat dan pembangunan yang tersisih.
Namun kini, es mencair. Ego diturunkan. Politik kembali menemukan akarnya: musyawarah.
Bupati Annisa Suci Ramadhani duduk berdampingan dengan Wakil Bupati Leli Arni. Tiga pimpinan DPRD Jemi Hendra, Ade Sudarman, dan Sujito turut hadir. Mereka tidak datang sendiri. Ketua-ketua fraksi, dari PKB hingga Demokrat Berkeadilan, semua menyingkirkan jarak dan menautkan semangat baru.
Tak ada ketegangan. Yang ada justru canda, tawa, dan gurauan lepas. Seakan seluruh perbedaan yang pernah mengeras dihapus oleh sapuan keakraban.
“Alhamdulillah, dengan semangat kebersamaan dan saling bersinergi, insyaallah Dharmasraya maju, sejahtera, merata, damai dan tentram,” tulis seorang netizen di kolom komentar video pertemuan itu. Video yang diunggah akun Release Dharmasraya itu kini sudah ditonton ribuan kali.
Bupati Annisa menegaskan komitmennya: “Kami bersama pemerintah daerah dan dewan terhormat telah sepakat menyelenggarakan Perubahan APBD 2025 demi program pembangunan yang pro-rakyat.”
Ketua DPRD Jemi Hendra menyambung, “Insyaallah kami segera melaksanakan asistensi, demi kepentingan masyarakat.”
Lalu Wabup Leli Arni menutup dengan seruan, “Wujudkan Dharmasraya Sejahtera Merata.”
Momentum ini bukan sekadar gambar indah di media sosial. Ia adalah uji kedewasaan politik. Perbedaan bukan musuh, melainkan bahan bakar untuk melahirkan keputusan yang lebih matang. Fungsi kontrol DPRD tidak boleh lenyap, tetapi harus dijalankan dengan semangat kolaboratif.
Damai ini membawa harapan baru. Masyarakat ingin bukti, bukan sekadar janji. Mereka ingin pelayanan publik yang lancar, pembangunan yang berlari, dan pemerintahan yang tidak lagi tersandera oleh ego politik.
Pada akhirnya, politik sejati bukanlah tentang siapa yang menang atau kalah. Politik sejati adalah tentang siapa yang rela menundukkan kepentingan pribadi demi kemaslahatan hajat hidup orang banyak. Dan pada hari itu, ranah cati nan tigo membuktikan, demokrasi lokal masih menyimpan denyut kedewasaan berpolitik.***
Discussion about this post