Tanah Datar – Bupati Tanah Datar Eka Putra gelar panen perdana, program Pengembangan Cabai dan Bawang Merah (Bang Cerah), pada lahan kelompok tani Kabun Gadang, Nagari Pandai Sikek, Kecamatan X Koto, Rabu (03/11/21).
Dalam hal ini, pemerintah memiliki perhatian yang besar terhadap sektor pertanian. Karena, sebagian besar mata pencaharian dan sumber pendapatan masyarakat dari sektor ini.
Ini tertuang didalam misi ke 2 RPJMD Kabupaten Tanah Datar tahun 2021-2026, dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan perluasan lapangan kerja yang berbasis pertanian, industri dan UMKM.
“Sektor pertanian di Tanah Datar mempunyai peranan yang penting terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase kontribusi sektor pertanian pada Pendapatan Domestik Regional Brutto (PDRB) sebesar 29,81%. Kondisi topografi Tanah Datar yang berbukit dan mempunyai gunung serta lahan perranian yang luasnya 63.630 ha, sehingga cocok untuk mengembangkan berbagai komoditi hortikultura khususnya sayuran dan yang terakhir banyak dikembangkan saat ini adalah adalah komoditi cabai merah dan bawang merah, hingga saat kita mempunyai program pengembangan cabai dan bawang merah (Bang Cerah), ” ucap Eka, dilansir dari Prokopom Setda Tanah Datar.
Lebih lanjut dikatakan Eka saat ini, masih ada beberapa permasalahan dalam pengembangan komoditi cabai. Diantaranya, petani masih sulit mendapatkan bibit yang bersertifikat, tingginya biaya produksi, serta budidaya yang tidak sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).
Untuk mengatasi hal ini menurut Eka, Pemda sedang melaksanakan kegiatan pemurnian varietas cabai lokal kecamatan X Koto dengan nama cabai ‘Lamersi’.
Ini, merupakan kerjasama Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar dengan Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Provinsi Sumatera Barat.
“Tentunya kalau kita sudah memiliki sendiri bibit unggul, maka hasilnya juga akan bagus seperti halnya bawang merah yang saat ini Tanah Datar sudah memiliki varietas unggul sendiri yang diberi nama Sumbu Marapi,” jelas Eka.
Eka menambahkan juga menyampaikan, insyaallah pada tahun 2022 program bajak gratis yang dijanjikannya sewaktu kampanye, juga sudah bisa berjalan. Sehingga, apa yang selama ini diharapkan oleh para petani, terkait dengan biaya tinggi akan segera teratasi.
“Kita memang tidak memberikan alsintan kepada kelompok tani tetapi, alsintan itu, nanti akan dikelola langsung oleh kabupaten karena peralatannya mahal. Kalau kelompok tani langsung yang mengelola, nanti bagaimana perawatannya, bagaimana bahan bakarnya. Nah, itu cara kami membantu, ini janji kami dan janji adalah hutang yang harus kami tepati walau saat ini, anggaran dipotong oleh pusat. Namun secara berangsur-angsur, insyaallah janji kami terbayar,” terang Bupati.
Terkait dengan harga yang tidak stabil, Bupati juga mengharapkan para petani untuk berinovasi dan memikirkan cara bagaimana supaya disaat harga cabai rendah, bisa diolah. Sehingga hasilnya tetap maksimal, seperti dibuat saus cabai atau juga bisa dibuat cabai giling kering, yang peminatnya juga banyak di pasaran.
“Jangan patah semangat, kita harus punya inovasi kira-kira kemqna akan kita arahkan sehingga disaat harga turun petani tidak rugi,” kata Eka Putra memberikan motivasi kepada kelompok tani.
Diakhir sambutannya Bupati berharap panen perdana cabai merah pada lahan kelompok tani Kabun Gadang ini bisa menjadi contoh bagi kelompok-kelompok tani yang lain yang ada di Tanah Datar.
Sementara Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Barat yang diwakili oleh Kabid Hortikultura Gusti Rufita Provinsi Sumatera Barat merupakan daerah sentra produksi cabai terbesar di pulau Sumatera setelah Provinsi Sumatera Utara dengan hasil produksi 133,190 ton/tahun, dengan luas panen sebesar 11,931 ha.
Dari total produksi tersebut kabupaten Tanah Datar menyumbang 19,917 ton/tahun dengan luas panen sebesar 2.431 ha. Sentra cabai di Sumatera Barat selain kabupaten Tanah Datar juga dari kabupaten Agam, Solok, Lima Puluh Kota, Solok Selatan dan kabupaten Pesisir Selatan.
“Dari data yang ada, produksi cabai merah sudah bisa memenuhi kebutuhan dalam daerah yang hanya 39,721 ton/tahun, meski surplus namun pada waktu tertentu harga cabai tetap tinggi. Ini dikarenakan sebagian besar hasil produksi dibawa keluar daerah seperti ke Pekanbaru, Batam, Kepri dan juga Provinsi Jambi,” ujar Rufita.
Lebih jauh Rufita mengatakan, budidaya cabai hasilnya memang sangat menjanjikan keuntungan, namun tidak jarang banyak petani yang menemui kegagalan dan kerugian yang cukup besar. Untuk diperlukan keterampilan dan modal yang cukup, juga banyak faktor yang perlu diperhatikan, seperti syarat tumbuh, pemilihan bibit, cara bercocok tanam, pengendalian OPT dan penanganan pasca panen agar petani tidak mengalami kerugian.
Dikatakan Rufita, pengembangan komoditas cabai harus dilaksanakan dari hulu hingga hilir secara terpadu. “Karena harganya berfluktuasi maka jangan hanya berharap pada pemasaran dalam bentuk segar saja, tapi juga dalam bentuk olahannya (hilirisasi) sehingga nilai tambahnya meningkat,” terangnya.
Dilain pihak, anggota DPRD Tanah Datar Dedi Irawan yang juga hadir pada kesempatan tersebut mendukung sepenuhnya program-program yang dibuat oleh Pemda Tanah Datar untuk pengembangan sentra cabai merah di kecamatan X Koto maupun di kecamatan lain di Tanah Datar.
Dedi Irawan juga mengajak para petani yang saat ini belum bergabung dengan kelompok tani untuk segera bergabung, atau membuat kelompok baru agar bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah dan juga pupuk bersubsidi.
Dan kepada dinas terkait juga diharapkan bisa membantu petani untuk meningkatkan hasil produksi pertanian di kecamatan X Koto dengan inovasi-inovasi terbaru, sehingga kawasan ini benar-benar menjadi sentra cabai terbesar.
Pada kegiatan panen cabai perdana itu juga dihadiri Ketua TP PKK Kabupaten Tanah Datar Ny. Lise Eka Putra, Kadis Pertanian Yulfiardi, Camat X Koto, Wali Nagari Pandai Sikek, ketua dan anggota keltan Kabun Gadang dan undangan lainnya.
(Spa)
Discussion about this post