PESISIR BARAT — Bupati Pesisir Barat (Pesibar), Dr. Drs. Agus Istiqlal, S.H., M.H., membuka Gerakan Nasional Aksi Bergizi Tuntaskan Anemia, Minum Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri dalam mendukung percepatan penurunan stunting Tahun 2023, di halaman SMPN 2 Krui Kecamatan Pesisir Tengah, Kamis, 16-11-2023..
Tampak kegiatan itu dihadir juga oleh Wakil Bupati, A. Zulqoini Syarif, S.H, Plt. Sekda, Drs. Jon Edwar, M.Pd., Ketua Tim Penggerak-Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Pesibar, Septi Istiqlal, Ketua DWP Pesibar, L. Liastuti Jon Edwar, S.Pd., M.M., Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB), dr. Budi Wiyono, M.H., Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes), Irhamuddin, S.KM., M.M., mewakili Kepala Dinkes Pesibar, Tedi Zadmiko, S.KM., S.H., M.M., Kepala Dinas Sosial (Dinsos), Agus Triyadi, S.IP., M.M., serta para siswi SMPN 2 Krui.
Sekretaris Dinkes, Irhamuddin mewakili Kepala Dinkes Pesibar, Tedi Zadmiko, S.KM., S.H., M.M sebagai penanggung jawab dalam kegiatan itu dalam laporannya menyampaikan kegiatan tersebut juga dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-59, serta sebagai salah satu upaya pencegahan dan percepatan penurunan stunting.
“Prevalensi anemia remaja putri di Indonesia pada hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 tercatat sebesar 26,8 persen anak usia 5-14 tahun dan 32 persen pada anak usia 15-24 tahun. Sedangkan data triwulan ketiga Tahun 2023, anemia remaja di Pesibar sebesar 33,92 persen, capaian remaja putri yang mengkonsumsi TTD sebesar 33,17 persen. Sementara untuk sasaran kegiatan tersebut yaitu selurus siswi kelas 7 dan kelas 10 yang berjumlah 12.250 orang,” ungkap Irhamuddin.
Bupati Agus Istiqlal dalam sambutannya, mengatakan bahwa Pemkab Pesibar hingga saat ini masih memberikan perhatian serius ihwal stunting.
“Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh tidak tepat yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit, dan berdaya saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan,” jelas Bupati.
Menurut Bupati, kunci pencegahan stunting dan penanganan stunting dimulai dengan menjangkau kelompok sasaran yaitu remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, baik melalui intervensi gizi spesifik maupun intervensi gizi sensitif penting untuk terus dilakukan.
“Maka dari itu dibutuhkan keterlibatan semua pihak yang berkaitan dan berkomitmen menangani stunting. Stunting bukan hanya masalah sektor kesehatan, namun juga terkait akses pangan, layanan kesehatan, akses air dan sanitasi serta pola pengasuhan,” kata Bupati.
Lebih lanjut Bupati Agus menerangkan, anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat dialami oleh semua kelompok umur mulai dari balita, remaja, ibu hamil, sampai usia lanjut. Menanggulangi hal tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai upaya melalui pendidikan gizi seimbang, fortifikasi pangan dan suplementasi TTD, dan kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya bersama yang juga untuk memastikan remaja putri mengkonsumsi TTD, agar tidak mengalami anemia.
“Implementasi program aksi bergizi tentunya diintegrasikan dengan trias Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat,” imbuh Bupati.
Bupati menandaskan remaja merupakan kelompok potensial yang bisa dilibatkan dalam program pencegahan stunting. “Karenanya perlu ada upaya bagaimana agar penanganan dan pencegahan stunting bisa berjalan secara efektif dan penurunannya dapat terwujud, dengan melibatkan remaja dalam satu wadah. Wadah Pusat Informasi dan Konseling (PIK) remaja dan Bina Keluarga Remaja (BKR) sarana yang tepat untuk menggandeng remaja ikut berperan dalam pencegahan stunting,” pungkas Bupati.
Dalam kegiatan tersebut juga diwarnai dengan pemberian penghargaan terhadap pemenang Dance Jingle Aksi Bergizi. (TAUFIK)
Discussion about this post