Sawahlunto, RI – Penyalahgunaan narkoba di Sumatera Barat kebanyakan dikonsumsi oleh masyarakat kebanyakan dari jenis ganja kering. Hal itu dipengaruhi oleh murahnya harga daun ganja kering serta mudah didapat.
Jalur masuk daun ganja kering tersebut melalui Kabupaten Pasaman berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal. Kemudian untuk wilayah perbatasan Jambi berbatasan dengan Dhamasraya dan Kabupaten Pesisir Selatan berbatasan dengan Muko-Muko Bengkulu.
Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Barat Daun Brigjen Syamsul Bahri menyatakan ganja kering tersebut disamping harganya musah dan mudah didapatkan. Pengkonsumsi narkoba jenis daun ganja kering tersebut banyak digunakan oleh masyarakat Sumbar karenakemampuan daya beli. Pengkonsumsinya banyak di kalangan pelajar dan mahasiswa, sesuai jumlah uang jajan yang dimiliki.
“Narkoba jenis daun ganja kering tersebut dipasok melalui Aceh, kemudian medan dan masuk ke Sumbar menggunakan kendaraan roda dengan menggunakan ransel. Biasanya pengedar akan masuk ke Sumbar pada malam hari. Sedangkan modus terbaru yang digunakan oleh pengedar dengan menyuling daun ganja kering tersebut menjadi minyak,” sebut Syamsul di Sawahlunto, Senin (4/10).
“Jadi, saripati daun ganja tersebut saat ini di jual oleh pengeder. Berdasarkan informasi yang diperoleh, pengguna cukup mengoleskan minyak suling daun ganja tersebut pada rokok saja. Maka pengguna akan mabuk dan berhalusinasi, konon reaksinya lebih cepat dibandingkan daun ganja kering biasa,” m tambahnya.
Kemudian lanjut dia, narkoba jenis sabu-sabu berasal dari Cina peredaran melalui darat dan laut melalui pelabuhan pelayan. Kemudian pasokan sabu-sabu terdapat dari Riau namun tidak banyak dikonsumsi oleh masyarakat Sumbar. Sebab, harga narkoba jenis sabu-sabu harganya mahal serta susah didapat. Kemudian, pil ektasi pasokannya berasal dari Eropa dan penyebaran di pulau Jawa.
“Kalau data yang kita punya ditahun 2016 di Sumbar ada sebanyak 14 kasus dan di tahun Agustus 2017 ada sebanyak 15 kasus. Sementara, angka penyalahgunaan narkoba di Sumbar ada sebanyak 65 000 pecandu. Sedangkan angka kematian penyalahgunaan narkoba sebanyak 33 orang perhari secara nasional. Namun, pada saat ini diperkirakan 40-50 kematian perhari dan mengalami peningkatan. Sehingga, negara kita menjadi negara darurat narkoba,” tuturnya.
Maka dari itu, terang dia, untuk mengurangi jumlah dampak bahanya narkoba tersebut dilakukan sosialisasi dan pembinaan kepada pecandu narkoba. Sebab, situasi saat ini sangat memperhatikan karena narkona tidak hanya menyerang orang dewasa namun terdiri dari anak-anak.
“Sosialisasi dengan melibatkan unsur lapisan masyarakat dengan membentuk berbagaimacam status masyarakat dan keluarga. Mari bersama-sama melawan dan memerangi narkoba, melalui penggiat anti narkoba,” sebutnya. (tum)
Discussion about this post