BUKITTINGGI — Ajang Putri Indonesia tahun ini benar-benar viral, namun viralnya bukanlah siapa pemenang dalam kontes tersebut. Nama Kalista Iskandar menjadi trending, peserta Putri Indonesia perwakilan Sumatera Barat ini tidak sempurna menyebutkan sila-sila dalam Pancasila dalam kontes tersebut, yang secara live ditanyangkan di salah satu stasiun televisi nasional, pada 6 Maret 2020. Sontak menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Tidak hanya itu, warga Sumatera Barat juga merespon tentang kejadian ini. Sebagian besar warga Sumatera Barat tidak mengenal sosok dengan nama lengkap Louise Kalista Wilson Iskadar itu. Bahkan banyak yang tidak tahu bahwa Kalista Iskandar adalah pemenang pemilihan Putri Indonesia Sumatera Barat tahun 2019. Karena beberapa tahun lalu, ajang tersebut banyak mendapat respon negatif oleh warga Sumatera Barat. Sehingga tidak diakomodir oleh pemerintah daerah secara langsung.
Beberapa hari ini, grup-grup publik dalam media sosial di Sumatera Barat, telah terjadi pergesaran opini, bukan persoalan “salah dalam membaca Pancasila”, namun persoalan status Kalista yang membawa nama Sumatera Barat dan tanggapan pemerintah provinsi terkait hal ini.
Muhammad Ridha, yang merupakan Ketua I BM PAN Sumatera Barat dan juga sebagai Sekretaris DPD PAN Bukittinggi mengutuk kejadian ini”. “Kami dari Barisan Muda Penegak Amanat Nasional (BM PAN) Sumatera Barat “Mengutuk” kejadian ini, pertama mempertanyakan status Kalista Iskandar membawa nama Sumatera Barat. Kedua perempuan di Sumatera Barat memiliki hirarki sosial yang “dimuliakan”, ia adalah Bundo Kanduang, Limpapeh Rumah Gadang. Perempuan Minang bukan untuk ekpolitasi paras atau tubuh, perempuan Minang bukan untuk tontonan cantik atau tidak cantik”, karena kontes tersebut disiarkan secara langsung dan ditonton banyak orang, dan bahkan “memalukan” karena salah baca Pancasila,” terang Muhammad Ridha.
Kemudian Muhammad Ridha menegaskan bahwa perlu ada peryataan resmi dari Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, terkait hal ini. Menurutnya, rilis resmi dari Biro Humas Setda Provinsi Sumbar pada 7 Maret 2020 lalu, juga bertentangan dengan kenyataan. Dalam rilis pemberitahuan tersebut Pemprov Sumbar tidak mengetahui, namun beredar foto-foto Istri Gubernur dengan Kalista Iskandar.
Kita butuh ketegasan dari Pak Gubernur, apakah beliau mendukung kontes tersebut atau tidak, itu yang Kita butuhkan, bukan keterlibatan pemerintah provinsi dalam kegiatan tersebut. Jangan seperti ini, bilang tidak tahu, malah foto-foto beredar semua. Kita tidak mempersoalkan etnis seseorang, atau agama seseorang, ini lebih kepada penggunaan nama perwakilan dari Sumatera Barat. Tentu-nya Pak Gubernur sangat paham tentang korelasi Minang-Islam dan pertentangannya dengan kontes tersebut, apalagi Pak Gubernur dan Istrinya kan dari Partai Islam,” lanjut Muhammad Ridha.
Selain itu, Muhammad Ridha juga berpendapat bahwa pengunaan anggaran daerah untuk ajang “cantik-cantik atau ganteng-ganteng” di berbagai daerah di Sumatera Barat juga perlu di evaluasi. Seperti pagelaran uda-uni atau bujang-gadih, karena simbolisasi siapa uda-uni atau siapa bujang-gadih bukan dari pagelaran itu sendiri. Bahkan pagelaran itu sendiri merupakan titik awal dari ajang kecantikan level nasional. Selain itu, belum ada kajian data mengenai dampak ekonomi atau dampak pariwisata yang dihasilkan dari ajang-jang seperti ini. Kita harus jujur, banyak kewajiban lain yang harus dikerjakan, APBD itu sendiri diserap dari masyarakat, apalagi ekonomi sedang tidak baik, lalu apakah pantas anggaran yang diserap itu, kemudian dipergunakan terus menerus tiap tahunya, demi sebuah ajang Uni Cantik atau Uda Ganteng?” tambah Muhammad Ridha.
Discussion about this post