Tanah Datar — Perjuangan dan inovasi kerap kali membawa perubahan signifikan. Inilah yang dialami oleh Dayat, seorang mantan tukang ojek yang kini menjalankan usaha sate keliling dengan nama “Sate Bismillah”. Usaha ini telah digelutinya selama satu tahun dan kerap mangkal (berdiri) di jalan lintas Batusangkar – Lintau, tepatnya di dekat Simpang 3, dekat Kantor Wali Nagari Minangkabau, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Dayat memulai hari-harinya sejak pukul 6 pagi hingga datang waktu magrib, melayani para pelanggan yang datang untuk menikmati berbagai menu sate yang ditawarkan. Sate Bismillah menyajikan berbagai jenis sate, mulai dari jantung, usus, lidah, hingga daging ayam bumbu. Di antara berbagai pilihan tersebut, daging ayam bumbu menjadi menu favorit para pelanggan.
“Saya dulu bekerja sebagai tukang ojek, tetapi saya melihat peluang yang lebih baik di bisnis sate keliling ini. Selain modal yang tidak terlalu besar, sate adalah makanan yang digemari banyak orang,” kata Dayat.
Salah satu rahasia kesuksesan Sate Bismillah terletak pada bumbu satenya yang khas, yang ternyata diracik oleh sang istri. “Bumbu sate ini adalah hasil racikan istri saya. Kami berusaha menjaga kualitas dan cita rasa agar pelanggan selalu puas,” ungkap Dayat.
Lokasi jualan Dayat yang strategis di dekat Simpang 3, dekat Kantor Wali Nagari Minangkabau, membuat usahanya mudah ditemukan dan selalu ramai pengunjung. Pantauan dari Reportaseinvestigasi.com menunjukkan bahwa para pembeli rela antre untuk dapat mencicipi Sate Bismillah, menandakan betapa tingginya antusiasme dan kepuasan pelanggan.
“Sate Bismillah memiliki cita rasa yang khas, terutama daging ayam bumbunya yang selalu menjadi favorit pelanggan. Saya merasa senang bisa memberikan makanan yang lezat dan diterima baik oleh masyarakat,” tambah Dayat.
Salah satu pelanggan setia, Enggla, menyatakan kekagumannya terhadap rasa sate di Sate Bismillah.
“Rasa Sate Bismillah itu enak banget, saya rekondasi dari suami karena sering langganan di Sate Bismillah, ya enak sekali. Kami sekeluarga sebelum pergi ke Lubuk Alung, sengaja berhenti makan sate di tempat Sate Bismillah. Cocok sekali di lidah kami, enak sekali. Dagingnya apa lagi. Favorit saya adalah sate usus dan lidah. Sate di tempat Dayat ini berbeda sekali dengan sate yang lain. Jika tidak, mana mungkin saya dan keluarga selalu makan di Sate Bismillah,” ujar Enggla.
Kisah Dayat adalah contoh nyata bagaimana ketekunan dan keberanian untuk berubah dapat membawa perubahan positif. Sate Bismillah kini menjadi salah satu kuliner favorit di masyarakat dan semoga terus berkembang serta menginspirasi banyak orang. (Spa)
Discussion about this post