Bukittinggi — Masa libur di akhir tahun 2022 ini, memiliki arti dan berkah tersendiri bagi pedagang kaki lima (PKL) di Kota Wisata. Rentang waktu yang juga berkaitan dengan rangkaian kegiatan, baik dalan Pedati maupun Hari Jadi Kota (HJK) ke-238, benar-benar menghidupkan suasana dari siang sampai malam.
Usai berlangsungnya Pedati selama sepekan yang terfokus di lapangan kantin serta beberapa objek wisata, bukan berarti kegiatan yang menghidupkan suasana itu berhenti.
Karena setelah itu, gebyar suasana itu terus berlanjut karena tersambung dengan HJK yang masih menghidupkan suasana, apalagi kegiatannya, terutama di pelataran taman Jamgadang masih menampilkan pentas seni.
Aktivitas ini berarti juga melahirkan denyut kehidupan ekonomi di sekitar pusat Kota Bukittinggi itu. Karena suasana itu berhubungan dengan aliran arus pengunjung.
Pengunjung yang ramai, bagi pedagang ibarat semut yang perlu disediakan “gula”. Hukum simbiosis sebagaimana disebutkan ketua umum Pedati yang juga Sekdako Bukittinggi itu, aktivitas yang dilaksanakan oleh Pemko akan memunculkan simbiosis dengan berbagai ruang lingkup kehidupan, terutama ekonomi.
Yang namanya pedagang, sekecil apapun peluang yang ada,sudah pasti akan mereka rebut. Syukri, misalnya, melihat suasana yang ada, dimanfaatkannya untuk merebut dan menjemput rezeki.
Ia pun ikut memajang barang dagangan berupa berbagai jenis pakaian dengan dasar batik bersama sejumlah pedagang yang menggelar dagangannya di jalan Minangkabau pada malam hari.
“Tidak tentu memang,berapa rezeki yang bisa saya dapatkan setiap malam. Tapi yang jelas, setiap usaha Insya Allah, bisa membuahkan hasil,” tuturnya.
Yang jelas suasana keramaian menjelang akhir tahun ini, bagi Syukri adalah berkah yang rugi kalau disia-siakan. Karena kesempatan itu tidak datang sepanjang waktu. (Pon)
Discussion about this post