Setidak 250 KK atau 1100 jiwa masyarakat dari 3760 jiwa dari 6 jorong Sedau Anau, Balai Tongah, Alai Baru, Rumbai, Koto Tinggi dan Suka Karya di Kanagarian Lubuk Alai Kec. Kapur IX Kab.Limapuluh Kota, sejak Rabu, 28 Agustus 2019, nyaris kehilangan mata pencariannya. Apa pasal ?
50 KOTA, INVESTIGASI_Investigasi yang dilakukan media ini serta masukan Walinagari Lubuk Alai Kec. Kapur IX, Asril Dt. Rajo Lelo di ruang kerja, Selasa, (25/2) pagi, bencana yang telah meluluh lantakan urat nadi perekonomian 1100 jiwa warganya, khusus di Jorong Sedau Anau dan Balai Tongah.
Penyebabnya, Jembatan gantung yang dikerjakan dana PNPM, tahun anggaran 2010 dengan alokasi dana sebesar Rp.230 juta, ambruk akibat hantaman air Batang Kapur yang menggerus pondasi tiang di dua sisi bentangan jembatan gantung tersebut.
Menurut Asril Dt. Rajo Lelo, meskipun pada TA 2019, PUPR Limapuluh Kota, alokasikan anggaran sebesar Rp.186 juta, melalui CV. ATAN, dari Pulau Sialang, lakukan pekerjaan pemasangan Groundsill ( Bangunan yang dibangun melintang sungai yang terdiri dari tumpukan batu- batu besar.
Tujuannya untuk mengamankan pondasi Jembatan atau bangunan yang ada di hulu sungai-red), namu tak bertahan lama. Agaknya perlu ditelusuri aparat penegak hukum negeri ini, penyebab ambruknya jembatan gantung tersebut,” pintanya.
Sementara, 5 bulan pasca ambruknya jembatan gantung sebagai urat nadi perekonomian 250 KK itu, hingga detik ini menjerit karena tidak terlihatnya kepedulian baik dari Dinas PUPR yang digawangi Kadisnya, Yunire Yunirwan, ST serta Badan Pengendalian Bencana Daerah ( BPBD ), yang di motori, Joni Amir. “Meskipun mereka pernah datang kelokasi bencana, namu tak ada tanggapan sama sekali,” sebut Walinagari sedih.
Koordinator LSM AMPERA Indonesia, DR ( HC ) Syawaluddin kepada media ini, mengatakan, pihaknya telah melakukan investigasi di lapangan. Ambruknya Jembatan Gantung yang melintasi Batang Kapur di Jorong Sedua Anau Kenagarian Lubuk Alai tersebut, akibat tak profesionalnya pekerjaan.
Pihaknya mencium aroma tak sedap dari pemakai anggaran APBD TA 2019 di PUPR senilai Rp.186 juta itu. Sebab, perencanaannya dikerjakan orang dalam yang tidak ahli dengan meminjam perusahaan konsultan dari Padang
Hal tersebut, dapat dilihat dari pekerjaan CV. ATAN kerja Groundsill, terlalu berdekatan dengan sisi kiri- kanan pondasi jembatan. Akhirnya, air yang tertahan oleh tumpukan batu- batu besar yang dibangun melintang sungai Batang Kapur itu, meluber dan menggerus pondasi tiang jembatan tersebut.
Buktinya setidaknya senilai Rp.230 juta dana PNPM dan Rp.186 juta pembangunan Groundsill, selain sia- sia juga mengancam kehidupan 250 KK di Nagari Lubuk Alai Kec. Kapur IX itu.
Sementara, Kadis PUPR Kabupaten 50 Kota Yunire ST, dikonfirmasikan via WA nya tak tak tanggapan sama sekali. Bahkan, Yunire terkesan bungkam dengan ambruknya jembatan gantung tersebut. Tim
Discussion about this post