Oleh Syafri Piliang
Wartawan Muda
Padang – Di sebuah ruangan sederhana di Balitbang Provinsi Sumatera Barat, Jumat (17/10), percakapan hangat mengalir di antara tumpukan dokumen dan aroma kopi yang baru diseduh. Wakil Bupati Dharmasraya, Leli Arni, tampak berbincang santai dengan Kabid Ekonomi dan Pembangunan Balitbang Provinsi Sumbar, Alfiandri, SS, MM.Namun, di balik suasana silaturahmi itu, terselip satu gagasan besar, membangkitkan aroma kopi dari tanah Dharmasraya.
“Tanah kami luas dan subur. Kami ingin tahu, apakah benar Dharmasraya selain tanaman coklat juga cocok untuk tanaman kopi?” tanya Leli Arni membuka pembicaraan dengan nada penuh harap. Pertanyaan sederhana, namun sarat makna bagi masa depan ekonomi daerah di selatan Sumatera Barat itu.
Alfiandri tersenyum. Ia mengambil secangkir kopi dari meja dan menatap ke arah jendela yang memantulkan cahaya sore. “Kalau soal kopi,” ujarnya pelan namun yakin, “Dharmasraya sangat potensial. Kondisi tanahnya bagus, dan iklimnya cocok untuk tanaman ini. Tinggal bagaimana pemerintah daerah mengatur strategi pengembangannya.”
Percakapan itu tak berlangsung lama, tapi cukup untuk menyalakan semangat baru. Dharmasraya, yang selama ini dikenal sebagai lumbung padi dan perkebunan sawit, mulai menatap arah baru yakni kopi sebagai identitas ekonomi baru.
Bagi Leli Arni, kunjungan singkat itu bukan sekadar silaturahmi, melainkan langkah awal membuka kemungkinan. “Kami ingin belajar dari daerah lain, tapi juga yakin tanah kami punya keunggulan sendiri,” katanya dengan senyum yang tak bisa disembunyikan.
Kopi, dalam pandangannya, bukan sekadar tanaman komoditas. Ia bisa sebagai simbol peradaban baru bagi petani muda Dharmasraya. Tanaman ini juga berpeluang untuk bangkit lewat cita rasa, bukan hanya lewat hasil bumi yang konvensional.Jika benar tanah Dharmasraya cocok untuk kopi, maka di masa depan mungkin kita akan mendengar satu nama baru di peta perkopian Nusantara, Kopi Dharmasraya. ***
Discussion about this post