Bukittinggi — Dua tahun “tersumbat”, ibarat air mengalir, pada lebaran Idul Fitri tahun ini pengunjung yang datang ke Bukittinggi diprediksi akan “meledak”. Guna mengantisipasi situasi tersebut, diperlukan rekayasa arus lalulintas di Kota Wisata ini.
Sudah menjadi agenda dan pemandangan rutin suasana di kota Bukittinggi pada saat liburan panjang terutama liburan Idul Fitri, mulai ramai didatangi pengunjung bahkan sebelum sampai sesudah hari raya umat Islam tersebut.
Salah satu dampak langsung yang memerlukan antisipasi sebelum berlangsungnya situasi itu adalah kepadatan diikuti dengan kemacetan arus lalulintas.
Tahun ini, setelah selama dua kali lebaran Idul Fitri berlangsung, selama berlangsung pandemi Covid 19, kunjungan yang datang ke Bukittinggi ibarat aliran yang tersumbat, setelah dibuka, diprediksi akan terjadi ledakan.
Guna mengantisipasi atau meminimalisir kemungkinan terjadi kemacetan arus lalulintas yang bahkan ujungnya sampai ke daerah hinterlahd sekitar Bukittinggi, diakui Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Joni Feri, perlu dilakukan rekayasa arus lalulintas.
Sesuai dengan ketentuan, ulas Joni, leading sectornya berada di Polri, Dishub bertanggungjawab pula untuk mendukungnya.
“Sebelum dilakukan rekayasa lalin, instansi terkait di Kota Bukittinggi , termasuk Dishub tetap akan dibawa berkoordinasi oleh Polri. Kita menunggu informasi kapan kegiatan dimulai,” ulas Joni Feri.
Rekayasa arus lalulintas di kota Bukittinggi juga berkaitan dengan beberapa daerah tetangga seperti Kabupaten Agam atau Padangpanjang dan Tanahdatar dampak Payakumbuh dan 50 kota, untuk mengurai arus lalulintas sebelum masuk ke Bukittinggi. (Pon)
Discussion about this post