Oleh : Novri Investigasi
Viralnya status istri gubernur “ancaman penembakan” terhadap Andre Rosiade, menuai tanggapan beragam dari masyarakat maupun netizen. Sikap kritis Andre dianggap berlebihan dan menganggu kredilitas Irwan Prayitno suaminya dan pantas menerima hukuman ancaman penembakan.
Status itu, juga menjadi debatan panjang di beberapa WA group. Sebagian besar berkomentar, itu suatu ancaman yang tak layak dilontarkan seorang wanita, bundo kandung dan istri gubernur. Apalagi, Andre mengkritisi kebijakan gubernur yang sering melancong keluar negeri dengan dalih mencari investor.
Disatu sisi ada juga beranggapan kritikan Andre terlalu berlebihan dan sikap heroik Andre dituding berkaitan dengan Pilkada. Dan, mengeyampingkan peran Andre sebagai anggota DPR RI maupun Ketua DPD Gerindra Sumbar. Berbagai versi menyertai kisruh tersebut, tergantung dari sudut mana memandang atau ada juga dipengaruh faktor like and dislike.
Dua pertanyaan, bermunculan. Pantaskah, kata kata itu dilontarkan Nevi. Wajarkah, sikap Andre seorang politisi melakukan kritikan.
Dari segi etika seorang wanita berperasaan halus, sebagai Bundo Kandung dan istri dari seorang gubernur, memang disesali.
Apalagi, Nelvi juga anggota DPR RI.
Tapi, sebagai seorang istri gubernur, Nelvi membuktikan, siapapun yang menganggu suaminya, ia tak akan tinggal diam dan siap membela.
Sementara, Andre yang saya kenal sejak Pilkada Kota Padang 2014, dikenal sangat kritik dan vokal. Saat itu, Andre belum punya panggung tapi tetap bersikap kritis. Sekarang, Andre punya panggung sebagai anggota DPR RI dan Ketua DPD Gerindra Sumbar.
Ini betul betul dimanfaatkan Andre untuk melakukan kritikan terhadap kebijakan yang dianggap tak pro rakyat. Bahkan, Andre menginstruksikan kepada kader Gerindra yang duduk didewan provinsi, kabupaten, kota mengkritisi kebijakan kepala daerah yang dianggap menyimpang dari aturan.
Dan, kritikan Andre terkait seringnya Gubernur Sumbar, menjadi klimak dari semua kritikan yang dilakukan. Malah, sampai menuai tanggapan bernada ancaman penembakan. Sekarang digiring menjadi persoalan besar dan menjadi viral.
Teringat saya, sebuah kata bijak. Jika ingin damai, bersiaplah untuk perang. Dibalik perang itu, pasti ada perundingan dan berakhir damai. Biarlah mencuat, biarlah menjadi konsumsi publik, nanti akan berakhir jua dengan damai. Semoga
Discussion about this post