Oleh : Hasneril
Baru-baru ini saya menyaksikan cuplikan penampilan Rizal Ramli di ILC yang membahas tentang pandemi Corona atau COVID-19. Dan pada salah satu pointer penyampaiannya, salah satu ekonom terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini adalah Indonesia harus berdikari dalam hal pangan.
Melihat hal tersebut, Bupati Agam Dr. H. Indra Catri sebagai salah seorang kepala daerah yang unik. Dengan basic sebagai birokrat dan teknokrat di bidang engineering, ketika menjabat sebagai kepala daerah, ia tidak buru-buru membangun tatanan kota baru, atau malah mendirikan pabrik-pabrik yang sebenarnya lebih dekat dengan bidang keilmuannya.
Namun ia lebih dulu mencetuskan gerakan “Agam Menyemai”, yaitu gerakan masyarakat Kabupaten Agam untuk menanam setiap lahan kosong yang mereka miliki dengan tanaman-tanaman yang bernilai ekonomis dan yang termasuk dalam kebutuhan sehari-hari. Ratusan ribu bibit tanaman dibagikan gratis untuk ditanam dan dinikmati sendiri hasil panennya oleh masyarakat. Padahal dia bukan sarjana pertanian.
Saya yang sempat menjadi anak buahnya dan memiliki banyak kesempatan untuk berdiskusi, pernah menanyakan kebijakannya yang “jauh” dari basicnya yang sebenarnya lebih kePUan. “Pangan adalah the last fortress. Apapun yang akan terjadi di dunia ini, maka pangan harus tetap dalam jumlah dan kondisi yang prima,” jawabnya saat itu. Dan percakapan itu terjadi pada tahun 2017, tiga tahun yang lalu.
Dengan merebaknya virus COVID-19 ini di luar negeri, termasuk Cina, maka pangan Indonesia yang sebagian besarnya diimpor dari negara tirai bambu itu menjadi terhenti. Dampaknya, beberapa item kebutuhan pangan di Indonesia menjadi langka, dan kalaupun ada harganya meroket tinggi liar tak terkendali. Dampak berikutnya adalah, menurunnya ketahanan sosial. Dan jika sampai pada fase itu, maka domino effectnya bisa menghasilkan peristiwa yang tidak pernah kita impikan di fantasi terliar sekalipun.
Sekarang Indonesia berada di trek penurunan itu. Kita semua tentu tidak akan pernah berharap bahwa sekali lagi Indonesia akan berada pada titik nadir seperti 1998. Tapi pepatah latin mengatakan “Amat Victoria Curam”, Victory Loves Preparations.
Belajar dari Indra Catri dengan “Agam Menyemai” yang dicetuskan hampir 9 tahun yang lalu itu, maka seharusnya saat ini Agam adalah salah satu kabupaten yang paling siap dengan ketersediaan pangannya. Salah satu kabupaten yang mampu mengontrol harga kebutuhan pokok masyarakatnya. Jika seandainya keadaan semakin memburuk (semoga tidak), Agam bisa menghentikan sementara ekspor produk sayur-mayurnya yang tumpah ruah mengisi pasar di Batam dan beberapa negara lain di Asia itu, untuk memenuhi kebutuhan dalam daerahnya.
Discussion about this post