Sawahlunto — Langit biru cerah menyapa, dengan gemerlap sinar mentari yang terpancar. Di tengah panorama alam yang mempesona, terletak sebuah tempat yang dipenuhi dengan abu hasil pembakaran batubara yang sudah dipasang pagar setinggi 2 meter, seakan dengan tingginya pagar dapat membatasi pandangan kalau di dalam sana ada gundukan abu yang menggunung.
Masyarakat Sijantang saban hari dipaksa untuk siap menghirup udara bercampur abu.
Lokasi penumpukan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) atau limbah sisa pembakaran batubara, PT PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Ombilin PLTU Sijantang Sawahlunto berlokasi di Guguak Tinggi Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto. Masyarakat Sijantang tidak pernah memikirkan kalau mereka akan tinggal berdampingan dengan tumpukan abu yang mengancam kesehatan generasi penerus mereka, sungguh memprihatinkan.
“Mirisnya pemukiman penduduk dengan abu perusak saluran pernapasan kami hanya dibatasi dinding pagar setebal 35 sentimeter. Jika ada angin maka abu tersebut berterbangan ke udara selanjutnya seluruh masyarakat disekitar dengan sukarela menghirup udara bercampur abu, sesak di dada dan perih dimata pokoknya jauh dari kata sehat,” ujar Eka Oktarizon, salah seorang masyarakat Desa Sijantang sambil mengusap dada, terlihat tidak senang dengan cara kerja manajemen PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Ombilin, Jumat (21/6), di Sijantang.
Menurutnya, tumpukan abu sudah tinggi bahkan sudah sama tingginya dengan bangunan PLTU itu sendiri. Perkiraannya abu tersebut ada sekitar 100 ribu ton. “Saya sudah pernah minta pihak PLTU untuk segera memindahkan tumpukan abu tersebut ketempat pembuangan sehingga tidak mencemarkan lingkungan, tapi sudah satu tahun abu tersebut masih saja dibiarkan mencemari lingkungan,” tutur Eka dengan wajah tegang.
“Jujur, saya heran kok bisa pihak PLTU tidak peduli dengan keluhan masyarakat. Kami tidak tahu lagi kepada siapa mau minta tolong, terasa buntu jalan ini rasanya, langit terasa mau runtuh, entahlah,” keluh Eka sambil mengusap wajahnya dengan tissue. “Pada tahun 2017 yang lalu RSUD. Sawahlunto bekerjasama dengan PLTU Sektor Ombilin melakukan pemeriksaan terhadap siswa SD Sijantang kelas 5 dan 6 ternyata sekitar 67 % siswa terkena gejala ISPA. Apakah mungkin ini akibat adanya abu sisa pembakaran batubara yang saban hari dihirup oleh generasi muda Sijantang?” ucap Eka seperti ingin mendapatkan jawaban dari pertanyaannya itu.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto, Dr. Ranu Verra Mardianti mengatakan, Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto tidak ada melakukan pemeriksaan secara khusus kepada anak sekolah di daerah PLTU Sijantang.
“Dinas Kesehatan hanya melakukan pemeriksaan secara global kepada seluruh siswa yang ada di Kota Sawahlunto, kalau untuk daerah Sijantang tidak ada kami lakukan pemeriksaan khusus,” ujar Dokter Vera panggilan akrab Kadis Kesehatan Kota Sawahlunto melalui telepon selulernya, Kamis (27/6).
Dari pemeriksaan tersebut Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ada di setiap daerah, tidak hanya di sekitar PLTU Sijantang saja. (Nova)
Discussion about this post